JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Kamis, 4 Desember 2025. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengawali perdagangan dengan penurunan 0,06% ke level Rp16.638 per dolar AS.
Indeks dolar AS di pasar global tercatat naik 0,08% ke posisi 98,93. Tren ini membuat mata uang Asia lainnya ikut melemah dalam perdagangan awal hari.
Yen Jepang melemah 0,06%, sedangkan dolar Singapura turun 0,12%. Dolar Taiwan tercatat melemah 0,01% dan won Korea Selatan turun 0,33% pada perdagangan pagi.
Peso Filipina mengalami pelemahan 0,37%, yuan China melemah 0,08%, dan rupee India turun 0,36%. Pergerakan ini menunjukkan tekanan yang luas terhadap mata uang Asia.
Pada perdagangan sebelumnya, Rabu, 3 Desember 2025, rupiah ditutup melemah 0,02% atau turun 3 poin ke level Rp16.628 per dolar AS. Kondisi ini menegaskan tren fluktuasi yang masih berlangsung di pasar valuta asing.
Proyeksi Rupiah dan Sentimen Pasar
Direktur PT Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan rupiah akan fluktuatif namun berpotensi ditutup melemah di rentang Rp16.620–Rp16.640 per dolar AS. Proyeksi ini muncul seiring berbagai sentimen yang memengaruhi pergerakan mata uang domestik.
Sentimen eksternal menjadi faktor utama, terutama spekulasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Menurut perangkat CME FedWatch, probabilitas pemangkasan suku bunga diperkirakan sekitar 90% pada pertemuan The Fed pada 9–10 Desember 2025.
Sinyal melemah dari data ekonomi AS juga memperkuat spekulasi tersebut. Para pelaku pasar kini tengah menunggu rilis data ketenagakerjaan yang diyakini akan memengaruhi kebijakan moneter AS.
Selain itu, spekulasi terkait pergantian kepemimpinan di The Fed ikut menambah ketidakpastian. Kombinasi faktor ini menciptakan tekanan tambahan terhadap rupiah di pasar domestik.
Situasi geopolitik juga menjadi sorotan, setelah Rusia dan AS tidak mencapai kompromi mengenai kesepakatan damai untuk Ukraina. Pertemuan lima jam antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan utusan utama Presiden AS Donald Trump berakhir tanpa kesepakatan.
Kurs Dolar AS di Bank-Bank Nasional
PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) pada pukul 10.09 WIB menetapkan harga beli dolar AS Rp16.630 dan harga jual Rp16.650 berdasarkan e-rate. Berdasarkan TT Counter, harga beli dan jual dolar AS masing-masing Rp16.445 dan Rp16.745.
Bank Notes BCA juga menerapkan harga beli sebesar Rp16.445 per dolar AS dan harga jual Rp16.745. Penetapan harga ini mengikuti pembaruan pada perdagangan pagi ini.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) menetapkan kurs e-rate untuk beli dan jual dolar AS masing-masing Rp16.623 dan Rp16.650 pukul 10.04 WIB. Sementara kurs TT Counter BRI berada pada level Rp16.540 untuk beli dan Rp16.740 untuk jual.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menetapkan harga beli dan jual dolar AS untuk special rate masing-masing Rp16.605 dan Rp16.635 pada pukul 08.47 WIB. Berdasarkan TT Counter, harga beli dan jual ditetapkan Rp16.425 dan Rp16.725 per dolar AS.
Bank Notes Mandiri memperbarui kurs beli dan jual masing-masing Rp16.425 dan Rp16.725 per dolar AS pada pukul 09.29 WIB. Penetapan ini menunjukkan fluktuasi tipis di pasar lokal meski dipengaruhi oleh kondisi global.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) mencatat kurs special rates beli Rp16.626 dan jual Rp16.656 per dolar AS pada pukul 10.20 WIB. Sedangkan TT Counter BNI menetapkan nilai beli Rp16.520 dan jual Rp16.780 per dolar AS.
Bank Notes BNI pada jam yang sama juga menerapkan harga serupa dengan TT Counter, mencerminkan stabilitas internal bank terhadap pergerakan dolar di pasar domestik.
Tekanan Global dan Prospek Rupiah
Pergerakan rupiah yang melemah ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal dan internal. Pelaku pasar menyoroti kebijakan moneter The Fed serta ketidakpastian geopolitik yang terus membayangi pasar.
Fluktuasi mata uang Asia menunjukkan korelasi tinggi terhadap tren dolar AS. Ini menegaskan bahwa rupiah masih sangat sensitif terhadap sentimen global dalam jangka pendek.
Dengan rentang pergerakan yang diproyeksikan Rp16.620–Rp16.640 per dolar AS, rupiah diprediksi tetap melemah hingga akhir perdagangan hari ini. Para analis menyarankan investor tetap waspada terhadap perkembangan data ekonomi AS dan situasi internasional.
Spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed dan ketidakpastian geopolitik diperkirakan akan terus menjadi faktor utama pergerakan rupiah dalam beberapa hari ke depan. Kondisi ini mendorong pelaku pasar untuk memonitor secara ketat setiap rilis berita ekonomi dan politik global.