JAKARTA - Menteri Perdagangan Korea Selatan, Ahn Duk-geun, memulai kunjungan penting ke Amerika Serikat, berusaha mendapatkan pengecualian dari kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump. Langkah ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan Korea Selatan untuk melindungi kepentingan ekonominya dari kebijakan proteksionis yang cenderung meningkat. Sebelum berangkat, Ahn menyampaikan tujuan kunjungannya seraya menekankan betapa pentingnya kerja sama antara industri Korea Selatan dan ekosistem industri AS. "Saya berencana untuk membahas bagaimana kita dapat melindungi perusahaan kita semaksimal mungkin dari berbagai kebijakan tarif yang dibicarakan oleh AS. Saya akan sangat menekankan perlunya industri kita bekerja sama dengan ekosistem industri AS," tegas Ahn.
Selama kunjungan yang berlangsung hingga Jumat, Ahn akan bertemu dengan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, serta beberapa pejabat pemerintah dan anggota Kongres. Pertemuan ini akan menandai dimulainya perundingan tingkat menteri pertama antara kedua negara mengenai kebijakan perdagangan, industri, dan energi sejak Trump menjabat pada Januari 2025. Diskusi ini terjadi di tengah kampanye proteksionis Trump, yang telah memperkenalkan tarif baru termasuk bea masuk 25% untuk impor baja.
Menteri Ahn berharap kunjungan ini dapat menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, sembari mengupayakan pengecualian tarif bagi Korea Selatan. Selain itu, Ahn berencana untuk memastikan lingkungan investasi yang kondusif dan konsisten untuk mendukung proyek-proyek investasi yang telah dijalankan oleh perusahaan Korea Selatan di AS. Trump juga mewacanakan penerapan tarif pada produk chip dan kendaraan bermotor, sebuah langkah yang dapat memukul keras ekonomi Korea Selatan yang sangat bergantung pada perdagangan.
Di Korea Selatan, dampak potensial dari kebijakan tarif Trump ini mendapatkan perhatian serius. Bank sentral Korea Selatan baru-baru ini memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebagai langkah perlindungan terhadap tekanan ekonomi yang timbul dari kebijakan tarif AS. Penurunan suku bunga acuan ini diiringi dengan revisi perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 1,5%, turun dari 1,9% yang diproyeksikan pada November 2024. Kebijakan ini diambil untuk mengantisipasi dampak lebih besar dari perlambatan perdagangan dunia yang umumnya didorong oleh kebijakan-kebijakan proteksionis.
Sementara itu, hubungan bilateral AS-Korea Selatan terus dipandang memiliki "potensi tak terbatas" untuk kerja sama di berbagai sektor, seperti pembuatan kapal, tenaga nuklir, dan energi. Hal ini diungkapkan Ahn berdasarkan pandangan kementeriannya. Dukungan Presiden Trump terhadap kemitraan erat ini juga dicatat, terutama dalam teleponnya dengan Presiden Yoon Suk Yeol. Trump secara eksplisit menyatakan dukungannya terhadap industri pembuatan kapal Korea Selatan sebagai bagian dari kemitraan kedua negara.
Di tengah pusaran ini, Korea Selatan saat ini dipimpin oleh Menteri Keuangan Choi Sang-mok sebagai Penjabat Presiden, pasca pemberhentian sementara Presiden Yoon menyusul deklarasi darurat militer singkat pada Desember. Hal ini menambah lapisan lain kompleksitas bagi Korea Selatan dalam menghadapi isu tarif di Amerika Serikat.
Upaya diplomasi dan lobi lebih lanjut dilakukan oleh wakil menteri perdagangan yang juga mengunjungi AS untuk menyuarakan kepentingan Seoul dalam mendapatkan pengecualian tarif. Selain itu, sebuah delegasi eksekutif bisnis yang dipimpin oleh SK Group Chey Tae-won telah berkunjung ke AS untuk bertemu dengan pembuat kebijakan dan legislator. Diskusi difokuskan pada cara-cara meningkatkan kerja sama ekonomi secara stabil dan menegaskan perlunya "prediktabilitas" dalam kebijakan pemerintah AS, yang akan memungkinkan stabilitas dan kelancaran operasi bisnis di AS.
Diharapkan bahwa langkah-langkah diplomasi ini, yang dipadukan dengan pendekatan ekonomi yang strategis, dapat meraih hasil yang diinginkan dan mengamankan kepentingan ekonomi Korea Selatan dari kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh pemerintahan Trump. Pemerintah Korea Selatan berkomitmen untuk terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri, seiring dengan upaya untuk memperkuat hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat.