JAKARTA - Gunungsitoli, sebuah kota di Sumatra Utara, tidak hanya dikenal dengan keindahan alam dan budaya yang kental, tetapi juga dengan upayanya menjaga kestabilan ketersediaan bahan bakar esensial, seperti gas elpiji, khususnya menjelang bulan Ramadhan. Dinas Perdagangan dan Ketenagakerjaan kota Gunungsitoli senantiasa berkomitmen memastikan bahwa distribusi gas elpiji subsidi berjalan lancar tanpa hambatan, demi menjaga stabilitas harga dan menjamin suplai bagi masyarakat setempat.
Kepala Dinas Perdagangan dan Ketenagakerjaan Gunungsitoli, Yasokhi Tertulianus Harefa, menyatakan bahwa hingga saat ini, tidak ada tanda-tanda kekurangan pasokan yang berpotensi memicu kepanikan di masyarakat. "Khusus wilayah kota Gunungsitoli, kami informasikan bahwa kuota gas elpiji bersubsidi ada 105.840 tabung. Itulah stok elpiji kita di wilayah kota Gunungsitoli berdasarkan hasil pemantauan kita dengan distributor dan laporan resmi dari distributor," ungkap Yasokhi. Hal ini menunjukkan bahwa suplai gas elpiji 3 kilogram, yang sering disebut sebagai gas melon, masih dalam kondisi aman dan cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan warga.
Lebih lanjut, Yasokhi memastikan bahwa prediksi ketersediaan gas ini akan tetap stabil menjelang dan selama bulan Ramadhan, meskipun permintaan biasanya meningkat. "Dan kalau kita prediksi, juga masih ada batas-batas ketersediaan stok untuk Ramadhan ini. Dan biasanya kuota ini bisa ditetapkan oleh pihak Kementerian terkait berapa kuota kebutuhan gas elpiji di setiap kabupaten kota," tambahnya. Ia memperkuat pernyataan ini dengan hasil pemantauan dari Dinas Perdagangan dan Ketenagakerjaan yang menunjukkan bahwa kuota diprediksi masih dapat mengakomodasi peningkatan permintaan tersebut.
Senada dengan Yasokhi, Asisten II Setda kota Gunungsitoli Bagian Ekonomi dan Pembangunan, Eko Ariyanto Tello Zebua, turut menyampaikan optimisme serupa. Ia menegaskan bahwa stok kebutuhan masyarakat, baik sembako maupun gas elpiji 3 kilogram, berdasarkan hasil monitoring dari beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. “Stoknya ada,” tukas Eko, menandakan bahwa masyarakat tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan pasokan.
Dalam rangka mencegah potensi penyimpangan distribusi, pihak Dinas juga menghimbau kepada semua pemilik pangkalan untuk tetap tertib dalam menyalurkan elpiji 3 kilogram. Kepatuhan terhadap peraturan distribusi sangat krusial demi memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat, terutama mereka yang berhak mendapatkan subsidi, dapat menikmati manfaat dari kebijakan ini tanpa ada penyimpangan yang dapat merugikan orang banyak.
Kesiapsiagaan yang ditunjukkan oleh pemerintah kota Gunungsitoli ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi masyarakat untuk menjalankan ibadah selama Ramadhan tanpa beban tambahan terkait ketersediaan bahan kebutuhan pokok. Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah daerah, distributor dan para pelaku ekonomi, distribusi gas elpiji subsidi diharapkan tetap lancar dan harga di pasaran tetap stabil.
Melalui pengawasan yang ketat dan komunikasi yang baik dengan para distributor, diharapkan tidak ada praktek-praktek curang seperti penimbunan atau penjualan di atas harga eceran tertinggi (HET) yang dapat merugikan masyarakat. Langkah antisipatif dari Dinas Perdagangan dan Ketenagakerjaan ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, yang melihatnya sebagai bentuk tanggung jawab yang nyata dan konkret dalam melayani kebutuhan publik.
Informasi yang disampaikan ini bukan hanya menjadi refleksi atas kesiapan kota Gunungsitoli, tetapi juga menjadi contoh bagi daerah lain dalam menjaga stabilitas distribusi gas elpiji. Dengan tetap membangun komunikasi yang efektif antar semua pihak, keberlangsungan pasokan yang stabil dapat terus terjaga dan memberikan kenyamanan bagi warga Gunungsitoli serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah daerah.
Dengan demikian, di tengah dinamika permintaan dan distribusi yang ada, Kota Gunungsitoli bisa menjadi model dalam manajemen distribusi barang bersubsidi dengan menempatkan kepentingan masyarakat sebagai prioritas utama. Pemantauan secara berkala dan koordinasi yang solid menjadi kunci keberhasilan program ini, sejalan dengan semakin mendekatnya bulan Ramadhan yang menuntut kesiapan ekstra dari segi pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.