JAKARTA - Di tengah perbukitan Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, terdapat sebuah keajaiban hijau yang lahir dari tangan seorang milenial berbakat, Rian Pratama. Dalam suasana segar yang menyejukkan, greenhouse berwarna putih memancarkan keindahan hamparan tanaman selada yang tumbuh subur dengan sistem hidroponik. Di atas lahan berukuran tujuh kali sepuluh meter persegi, Rian Pratama, warga Dusun Lenser, sukses mengembangkan usaha pertanian modern yang menguntungkan.
Rian, seorang lulusan jurusan Teknik Lingkungan dari Universitas Mataram, memulai perjalanan hidroponiknya sejak Agustus 2024. "Awalnya, saya membuat media tanam skala kecil untuk percobaan untuk mengetahui potensi kendala yang mungkin dihadapi," jelas Rian dengan semangat. Ia menuturkan, bertani dengan cara konvensional bukan satu-satunya jalan, dan sistem hidroponik menawarkan solusi unik bagi keterbatasan lahan.
Berkat ketekunannya, Rian kini memiliki 1.040 lubang tanam, menghasilkan sekitar 72 kilogram sayuran segar per media tanam dengan harga jual Rp 35 ribu per kilogram. Usahanya telah menarik minat restoran dan tempat makan di sekitar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang menjadi pelanggan setia. Dengan peningkatan permintaan, Rian berhasil meraup keuntungan hingga Rp 7 juta per bulan. "Setiap hari kami panen, pelanggan biasanya mengambil sayuran dua hingga empat hari sekali. Semakin ramai restoran, semakin tinggi pula permintaan sayuran," ungkap Rian dengan antusias.
Pencapaian ini tidak terlepas dari pelatihan dan dukungan yang diberikan oleh InJourney Tourism Development Corporation (ITDC), termasuk bimbingan dari dosen mengenai teknik hidroponik dan bantuan berupa greenhouse serta strategi pemasaran. "Selain pelatihan, kami juga diberikan pengetahuan dari beberapa dosen cara berhidroponik yang benar," tutur Rian.
Rian menolak untuk mengikuti jejak banyak warga setempat yang menjual tanah. Baginya, menjual hasil tanah lebih berharga daripada sekadar menjual tanah itu sendiri. "Meski tanah yang kita miliki itu terbatas, ada sistem-sistem yang dapat kita terapkan seperti cara hidroponik ini," katanya dengan keyakinan. Menurut Rian, terjun ke sektor pertanian bukan hanya soal keuntungan, tapi juga tentang menepis stigma bahwa bertani selalu berkaitan dengan pekerjaan yang kotor dan tidak menarik.
Sebagai generasi milenial, Rian memiliki visi untuk menginspirasi kalangan muda di Kuta Mandalika agar melihat potensi besar dalam usaha pertanian. Ia menekankan bahwa bertani dapat dilakukan dengan kenyamanan dan gaya. "Terpenting pekerjaan ini kita tanpa tekanan, pertanian itu enak kok. Siapa bilang kita tidak bisa pakai sepatu, kemeja atau gagah-gagahan," ujar Rian sambil tersenyum, menunjukkan bahwa sektor pertanian bisa menjadi pilihan karir yang cerdas dan bergengsi untuk pemuda masa kini.
Keberhasilan Rian dalam mengelola lahan terbatas menjadi ladang cuan menggambarkan bahwa sektor pertanian masih menjadi salah satu tulang punggung ekonomi yang menjanjikan jika diolah dengan cara inovatif. Rian Pratama adalah contoh nyata bagaimana petani milenial dapat memanfaatkan teknologi dan pelatihan untuk menciptakan usaha yang berkelanjutan dan menguntungkan. Melalui sistem hidroponik, ia tidak hanya menghasilkan sayuran berkualitas tinggi tetapi juga menciptakan dampak positif bagi komunitas lokal, baik dalam aspek ekonomi maupun edukasi.
Kisah suksesnya menjadi sumber inspirasi bagi anak muda lainnya untuk tidak ragu terjun ke dunia pertanian. Manfaatkan inovasi dan teknologi untuk mengatasi keterbatasan sumber daya dan mengembangkan potensi yang ada. Seiring perkembangan zaman, pertanian bukan hanya tentang produksi pangan, tetapi juga tentang kreativitas, ketahanan, dan keberlanjutan yang bisa mengubah pandangan dunia terhadap profesi ini. Melalui perjalanan Rian Pratama, pesan penting disampaikan kepada semua, bahwa dengan kemauan dan strategi yang tepat, sektor pertanian bisa menjadi ladang usaha yang tak kalah bergengsi di tengah gempuran urbanisasi dan modernisasi.