Minggu, 14 September 2025

Harga Batu Bara Terkini Stabil di Level Rendah

Harga Batu Bara Terkini Stabil di Level Rendah
Harga Batu Bara Terkini Stabil di Level Rendah

JAKARTA - Harga batu bara dunia saat ini tengah berada pada level yang relatif rendah, namun kondisi ini membuka peluang pemulihan terbatas dalam waktu dekat. Pada perdagangan Kamis, 21 Agustus 2025, harga batu bara untuk kontrak bulan depan di bursa ICE Newcastle tercatat di US$ 110,6 per ton, turun 0,81% dibandingkan hari sebelumnya.

Posisi ini merupakan yang terendah sejak 23 Juli 2025, menandakan harga batu bara berada pada level paling murah dalam hampir satu bulan terakhir. Meski demikian, penurunan ini bukan berarti ancaman bagi pasar, melainkan sinyal penting dari dinamika transisi energi yang sedang berlangsung di berbagai negara, terutama di kawasan Asia-Pasifik.

Pasokan Global dan Peran Energi Baru Terbarukan

Baca Juga

Ketersediaan BBM Shell di Jabodetabek Masih Terbatas

Salah satu faktor utama yang menekan harga batu bara adalah melimpahnya pasokan global, seiring dengan berkurangnya permintaan dari negara-negara yang mulai beralih ke sumber energi baru dan terbarukan (EBT).

Sebagai contoh, Australia, yang merupakan salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia, tengah melakukan percepatan dalam pengembangan energi bersih. Pemerintah dan operator energi di negara tersebut melaporkan bahwa mereka telah memasang 4,4 gigawatt pembangkit listrik berbasis energi terbarukan pada tahun fiskal terakhir.

Diproyeksikan, dalam lima tahun ke depan, Australia akan menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 5 hingga 10 gigawatt. Dengan laju seperti ini, negeri Kanguru tersebut berpotensi menutup seluruh pembangkit listrik berbasis batu bara dengan kapasitas 11 gigawatt pada tahun 2035.

Australia juga menargetkan 82% dari total produksi listriknya berasal dari sumber energi terbarukan pada 2030. Perubahan signifikan ini menjadi salah satu penyebab melemahnya harga batu bara di pasar internasional.

Harga Batu Bara dan Kesadaran Lingkungan Global

Penurunan harga batu bara tidak semata disebabkan oleh faktor ekonomi atau pasokan, tetapi juga oleh peningkatan kesadaran global terhadap isu lingkungan. Banyak negara kini berkomitmen menurunkan emisi karbon dan menggantikan bahan bakar fosil seperti batu bara dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Langkah-langkah ini didukung oleh regulasi yang ketat serta insentif bagi pelaku industri energi untuk berinvestasi dalam teknologi rendah emisi, seperti solar panel, angin, hingga tenaga air dan panas bumi.

Akibatnya, permintaan terhadap batu bara mulai menyusut, terutama dari sektor pembangkit listrik yang selama ini menjadi konsumen utama batu bara.

Analisis Teknikal: Potensi Pergerakan Harga Jangka Pendek

Dari sisi teknikal, harga batu bara saat ini berada di zona bearish dalam kerangka waktu harian (daily time frame). Indikator Relative Strength Index (RSI) menunjukkan angka 44, yang berarti aset ini sedang dalam tren turun karena berada di bawah ambang batas netral 50.

Namun, indikator lain seperti Stochastic RSI menunjukkan nilai 0, yang menandakan bahwa batu bara telah memasuki kondisi jenuh jual (oversold). Artinya, harga sudah turun cukup dalam dan berpotensi untuk mengalami rebound teknikal dalam waktu dekat.

Level-Level Penting Harga Batu Bara:

Resisten terdekat: US$ 111/ton (bertepatan dengan Moving Average 5 hari)

Resisten lanjutan: US$ 112–113/ton

Support terdekat: US$ 108/ton

Support lanjutan: US$ 104/ton

Jika harga mampu menembus level resisten pertama di US$ 111/ton, maka peluang penguatan menuju US$ 112–113/ton cukup terbuka. Sebaliknya, jika support di US$ 108/ton jebol, maka penurunan ke arah US$ 104/ton mungkin terjadi.

Transisi Energi Jadi Peluang Baru bagi Industri

Meskipun harga batu bara sedang berada dalam tekanan, pelaku industri energi tidak melihat hal ini sebagai ancaman sepenuhnya. Justru, kondisi ini menjadi momentum penting bagi diversifikasi portofolio energi.

Banyak perusahaan pertambangan batu bara mulai berinvestasi di sektor energi terbarukan, seperti pembangkit tenaga surya dan angin. Diversifikasi ini bertujuan menjaga keberlanjutan bisnis di tengah tren global menuju ekonomi hijau dan rendah karbon.

Selain itu, batu bara masih akan tetap digunakan dalam jangka menengah, terutama untuk sektor industri berat dan negara-negara berkembang yang belum sepenuhnya beralih ke EBT. Oleh karena itu, strategi adaptif dan investasi berkelanjutan menjadi kunci menghadapi masa transisi ini.

Zahra Kurniawati

Zahra Kurniawati

variaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Jadwal Bundesliga 2025 Pekan 3: Leverkusen Frankfurt Live RCTI

Jadwal Bundesliga 2025 Pekan 3: Leverkusen Frankfurt Live RCTI

Eintracht Frankfurt Tancap Gas di Bundesliga 2025, Uzun Optimis

Eintracht Frankfurt Tancap Gas di Bundesliga 2025, Uzun Optimis

Noussair Mazraoui Jadi Rekrutan Paling Berharga Manchester United

Noussair Mazraoui Jadi Rekrutan Paling Berharga Manchester United

Derby Manchester City vs Manchester United, Jadwal dan Live Streaming

Derby Manchester City vs Manchester United, Jadwal dan Live Streaming

Guardiola Nilai Haaland Lebih Unggul Dibanding Striker Baru Liverpool Isak

Guardiola Nilai Haaland Lebih Unggul Dibanding Striker Baru Liverpool Isak