Senin, 15 September 2025

Bayam Merah Jadi Alternatif Menarik Bagi Petani Jombang

Bayam Merah Jadi Alternatif Menarik Bagi Petani Jombang
Bayam Merah Jadi Alternatif Menarik Bagi Petani Jombang

JAKARTA - Di tengah tantangan musim kemarau, para petani di Kabupaten Jombang tidak kehilangan cara untuk tetap produktif. Mereka mulai melirik tanaman alternatif yang dianggap lebih cepat panen dan menguntungkan. Salah satu komoditas yang kini menjadi perhatian adalah bayam merah, yang oleh sebagian petani dinilai mampu memberikan nilai tambah dibandingkan tanaman lain.

Di Dusun Semberjo, Desa Sumberteguh, Kecamatan Kudu, sejumlah petani sudah mencoba mengembangkan bayam merah dengan hasil yang cukup menggembirakan. Sunari, salah seorang petani setempat, menjadi contoh nyata bagaimana tanaman ini bisa menjadi peluang baru di tengah kondisi cuaca yang cenderung kering.

Hasil Panen yang Menjanjikan

Baca Juga

Harga BBM Nonsubsidi Turun Harga pada September 2025

Sunari mengaku baru pertama kali menanam bayam merah pada musim tanam tahun ini. Sebelumnya, ia sudah terbiasa menanam bayam hijau. Namun, setelah mencoba varietas merah, ia melihat potensi yang lebih besar, terutama dari sisi harga jual bijinya.

“Baru saja panen bayam merah. Panennya ini diambil bijinya, bukan daunnya. Karena bukan bayam sayur,” ungkap Sunari.

Harga jual biji bayam merah menurutnya cukup menarik. Saat ini, harga biji bayam merah mencapai Rp40 ribu per kilogram, sedangkan biji bayam hijau hanya sekitar Rp30 ribu per kilogram. Walaupun hasil biji dari bayam hijau cenderung lebih banyak, keuntungan dari bayam merah tetap lebih tinggi karena harga jualnya lebih menguntungkan.

“Memang bijinya lebih banyak yang hijau, tapi bayam merah tetap lebih untung karena harga jualnya lebih tinggi,” jelasnya.

Dalam sekali panen, Sunari mampu memperoleh sekitar 40 kilogram biji bayam merah. Proses budidayanya pun tidak memerlukan waktu lama. Hanya sekitar 70 hari sejak penanaman hingga panen pertama sudah bisa dilakukan. Kecepatan siklus panen inilah yang membuat petani semakin tertarik.

Pemasaran yang Lancar

Bagi petani, keberhasilan panen tentu harus diimbangi dengan kepastian pasar. Namun, di wilayah Kudu, hal ini tidak menjadi kendala berarti. Para pengepul atau bakul sudah terbiasa mengambil hasil panen petani, baik itu bayam maupun tembakau yang biasa ditanam pada musim kemarau.

“Sudah ada bakul (pengepul) yang ambil. Di sini rata-rata petani kalau musim kemarau tanam bayam atau tembakau. Pembelinya sudah ada,” kata Sunari.

Walaupun Sunari sendiri belum mengetahui secara pasti untuk apa biji bayam merah digunakan, yang jelas keberadaan pasar yang stabil memberi rasa aman bagi para petani. Mereka tidak perlu bingung mencari pembeli setelah panen berlangsung.

Didukung Cuaca Musim Kemarau

Kondisi iklim juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan tanaman bayam merah. Menurut Sunari, cuaca belakangan ini sangat mendukung pertumbuhan tanaman. Hujan yang jarang turun justru membuat tanaman bayam merah tumbuh optimal.

“Sekarang cuacanya cocok, karena hujannya tidak sering,” ucapnya.

Kombinasi antara harga jual yang cukup tinggi, masa tanam yang singkat, serta dukungan cuaca membuat bayam merah semakin diminati sebagai alternatif tanaman pada musim kemarau.

Harapan Petani ke Depan

Bayam merah kini menjadi salah satu pilihan strategis bagi petani di Jombang untuk mengisi masa tanam di luar padi. Selama musim kemarau, selain tembakau, bayam menjadi komoditas yang banyak dipilih. Setelah panen selesai, para petani biasanya bersiap kembali menanam padi begitu musim penghujan datang.

“Di sini selain tembakau, banyak menanam bayam. Setelah ini persiapan tanam padi lagi,” tambah Sunari.

Bagi para petani, pola tanam semacam ini dianggap mampu menjaga kestabilan ekonomi rumah tangga mereka. Dengan adanya tanaman alternatif seperti bayam merah, mereka tidak terlalu khawatir terhadap risiko gagal panen pada satu komoditas.

Bayam merah juga membuka peluang baru dalam diversifikasi pertanian. Jika selama ini masyarakat hanya mengenal bayam sebagai sayuran daun, ternyata bayam merah juga bernilai ekonomi tinggi lewat bijinya. Hal ini menjadi pengetahuan baru yang bisa dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan kesejahteraan petani di daerah.

Kisah petani di Dusun Semberjo, Desa Sumberteguh, Kecamatan Kudu, menjadi bukti bahwa kreativitas dalam memilih komoditas bisa menghasilkan keuntungan. Bayam merah terbukti mampu memberikan harapan baru bagi petani, terutama di musim kemarau ketika tanaman lain sulit tumbuh optimal.

Dengan harga jual biji yang lebih tinggi, waktu tanam yang singkat, serta dukungan pasar yang stabil, bayam merah berpotensi menjadi salah satu komoditas unggulan baru di wilayah Jombang. Harapan ke depan, semakin banyak petani yang mencoba mengembangkan bayam merah agar manfaat ekonominya dapat dirasakan lebih luas.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

variaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

KUR BRI 2025: Plafon Pinjaman, Keunggulan, dan Syarat Pengajuan

KUR BRI 2025: Plafon Pinjaman, Keunggulan, dan Syarat Pengajuan

KUR BSI 2025: Tanpa Agunan, Simulasi Angsuran dan Keunggulan

KUR BSI 2025: Tanpa Agunan, Simulasi Angsuran dan Keunggulan

KUR Mandiri 2025: Jenis Jenis, Syarat Pengajuan, dan Simulasi Angsuran

KUR Mandiri 2025: Jenis Jenis, Syarat Pengajuan, dan Simulasi Angsuran

Jadwal dan Harga Tiket Kapal Pelni Manokwari Surabaya September 2025

Jadwal dan Harga Tiket Kapal Pelni Manokwari Surabaya September 2025

KAI Hadirkan Promo Diskon Tiket Kereta Api 20 Persen

KAI Hadirkan Promo Diskon Tiket Kereta Api 20 Persen