
JAKARTA - Wingko Babat, jajanan tradisional yang terkenal dengan tekstur kenyal dan aroma kelapa khasnya, selalu menjadi favorit wisatawan yang berkunjung ke Jawa. Meskipun banyak orang menganggap Wingko Babat identik dengan Semarang, kenyataannya cerita di balik asal-usulnya menyimpan sejarah panjang dan menarik. Jajanan manis ini sebenarnya lahir jauh sebelum menjadi ikon oleh-oleh Semarang.
Asal-usul Wingko Babat: Dari Lamongan ke Semarang
Wingko Babat pertama kali diciptakan pada tahun 1898 oleh pasangan perantau Tionghoa, Loe Soe Siang dan istrinya Djoa Kiet Nio, yang menetap di Kecamatan Babat, Lamongan, Jawa Timur. Babat sendiri berada di titik persimpangan Kabupaten Bojonegoro dan Jombang, dan menjadi saksi lahirnya resep yang kini dikenal luas. Resep ini memadukan pengaruh budaya Tionghoa, seperti penggunaan beras ketan, dengan cita rasa lokal Nusantara melalui parutan kelapa yang gurih.
Baca Juga
Meski lahir di Lamongan, Wingko Babat mulai dikenal di Semarang sekitar tahun 1946. Hal ini terjadi setelah keturunan Loe Soe Siang, yaitu Loe Lan Hwa, memproduksi Wingko Babat di Kota Lumpia tersebut. Awalnya jajanan ini dijual dari pintu ke pintu dan dititipkan di kios sederhana di Stasiun Tawang. Kehadiran Wingko Babat di Semarang berkaitan dengan migrasi keluarga Loe yang mengungsi dari Babat pada 1944 akibat kerusuhan pascaperang. Mereka mencari kehidupan yang lebih baik setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II.
Dengan demikian, popularitas Wingko Babat di Semarang tidak menghapus fakta bahwa akar sejarahnya tetap berada di Babat, Lamongan. Dari sinilah dualisme identitas Wingko Babat muncul: lahir di Lamongan, tetapi dikenal luas di Semarang. Kedua daerah ini sama-sama berjasa dalam melestarikan jajanan tradisional yang kaya akan nilai sejarah dan budaya tersebut.
Resep dan Ciri Khas Wingko Babat
Wingko Babat memiliki bahan utama sederhana, yaitu beras ketan dan kelapa parut, ditambah gula dan sedikit garam. Tekstur kenyal dan aroma kelapa yang kuat membuatnya berbeda dari kue tradisional lainnya. Proses pembuatannya biasanya dilakukan dengan cara dipanggang atau dibakar, sehingga menghasilkan lapisan luar yang sedikit renyah sementara bagian dalam tetap lembut.
Bagi penggemar kuliner tradisional, Wingko Babat tidak hanya soal rasa, tetapi juga simbol ketekunan dan kreativitas kuliner masyarakat perantau yang mampu memadukan budaya Tionghoa dan Nusantara. Hidangan ini mencerminkan sejarah migrasi, adaptasi budaya, dan kemampuan menciptakan cita rasa yang bertahan lebih dari satu abad.
Perjalanan Wingko Babat Menjadi Ikon Semarang
Keberhasilan Wingko Babat menembus pasar Semarang tidak lepas dari usaha keluarga Loe yang terus memproduksi dan memasarkan jajanan ini secara konsisten. Dari kios sederhana di stasiun hingga toko oleh-oleh modern, Wingko Babat kini menjadi simbol kuliner kota Semarang. Wisatawan dari berbagai daerah dan mancanegara sering membelinya sebagai oleh-oleh khas.
Meski begitu, penting untuk tidak melupakan Babat, Lamongan, sebagai tempat kelahiran sesungguhnya. Di sini, Wingko Babat dibuat sejak 1898, jauh lebih dahulu dibandingkan Semarang. Bahkan beberapa toko keluarga masih mempertahankan resep tradisional yang diwariskan turun-temurun, menjaga rasa autentik seperti ketika pertama kali diciptakan oleh Loe Soe Siang.
Popularitas Wingko Babat menunjukkan bagaimana sebuah makanan bisa menjadi bagian dari identitas kota sekaligus mencerminkan perjalanan sejarah dan budaya yang lebih luas. Semarang mendapatkan reputasi sebagai pusat oleh-oleh, tetapi Lamongan tetap menjadi akar dari jajanan ini. Kedua daerah ini saling melengkapi dalam melestarikan kuliner tradisional.
Warisan Budaya yang Terjaga
Wingko Babat bukan sekadar jajanan manis. Ia menjadi simbol keterhubungan budaya, sejarah migrasi, dan tradisi kuliner Nusantara. Keberadaan Wingko Babat di Semarang maupun Babat menunjukkan bagaimana resep tradisional mampu bertahan dan tetap relevan dalam masyarakat modern. Dari pasar lokal hingga toko oleh-oleh kelas atas, Wingko Babat tetap mempertahankan cita rasa klasik yang otentik.
Selain itu, keberadaan Wingko Babat membantu mempromosikan budaya lokal ke wisatawan, sekaligus memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat setempat. Baik Babat maupun Semarang terus menjaga kualitas dan keaslian resep, menjadikan Wingko Babat sebagai contoh bagaimana kuliner tradisional dapat berkembang tanpa kehilangan identitasnya.
Dengan akar sejarah yang jelas di Babat, Lamongan, dan pengembangan yang sukses di Semarang, Wingko Babat menjadi bukti bahwa makanan dapat menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini. Ia menghubungkan generasi tua yang mewariskan resep turun-temurun dengan generasi muda yang menikmati kelezatan tradisi.

Nathasya Zallianty
variaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
5 Tempat Legendaris Lotek Autentik di Bandung
- 15 September 2025
2.
4 Tempat Paling Legendaris untuk Menikmati Tahu Sumedang
- 15 September 2025
3.
3 Tempat Camilan Legendaris Dodol Garut
- 15 September 2025
4.
6 Tips Aman Snorkeling Meski Masih Pemula
- 15 September 2025
5.
Manfaat Melakukan Squat untuk Tubuh
- 15 September 2025