JAKARTA - Arah kebijakan riset nasional memasuki babak baru ketika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan komitmen menjadikan kebutuhan industri sebagai landasan utama penelitian. Langkah ini disampaikan langsung Kepala BRIN, Prof. Arif Satria, pada Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Tahun 2025 di Jakarta pada Senin, 1 Desember 2025.
Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan bahwa seluruh proses riset dan inovasi harus diarahkan agar dapat segera dihilirisasi dan dimanfaatkan oleh dunia usaha. Menurut Arif, kolaborasi antara periset dan pelaku industri menjadi kunci agar investasi riset mampu menghasilkan dampak nyata bagi perekonomian nasional.
Arif menyebut pergeseran orientasi ini menjadi bagian penting dari upaya mempercepat pemanfaatan hasil riset di berbagai sektor strategis. Ia menjelaskan bahwa riset tidak boleh hanya menjadi gagasan ilmiah yang berhenti di ruang laboratorium.
“Jadi riset bukan hanya imajinasi peneliti, riset berbasis pada kebutuhan. Jadi shifting orientasi riset berbasis pada kebutuhan, agar semua investasi berdampak bagi industri,” kata Arif.
Dalam penjelasannya di hadapan peserta rapat, Arif mengungkapkan kebanggaannya dapat berdampingan dengan Kadin yang dianggap sebagai mitra penting dalam membangun ekosistem riset yang progresif. Ia menilai pelaku usaha memiliki kapasitas besar untuk menggerakkan inovasi apabila didukung dengan kekuatan teknologi yang tepat.
Ia juga berharap agar seluruh misi usaha di Indonesia mampu menjadikan teknologi hasil riset sebagai basis pengembangan industri di masa mendatang.
Kolaborasi BRIN dan Dunia Usaha Diperluas untuk Percepatan Implementasi
Kepala BRIN menegaskan bahwa kebutuhan hilirisasi inovasi saat ini semakin mendesak sehingga kolaborasi antara lembaga riset dan dunia usaha harus diperkuat. Ia menuturkan bahwa BRIN dan Kadin perlu berada dalam satu visi besar agar seluruh penelitian dapat direalisasikan secara lebih cepat dan menghasilkan dampak industri yang signifikan.
Menurutnya, ke depan akan ada banyak riset dan pengembangan (R&D) yang bersifat inovatif sehingga diperlukan strategi bersama agar hambatan implementasi dapat diminimalkan.
Dalam beberapa waktu terakhir, BRIN telah meningkatkan intensitas kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta dan lembaga pemerintah lainnya. Arif menyebutkan bahwa BRIN belum lama ini bertemu CEO Danantara untuk membahas kolaborasi strategis sebagai langkah percepatan alih teknologi dan hilirisasi inovasi nasional.
Ia menilai kerja sama tersebut akan menjadi momentum penting karena membuka ruang bagi industri untuk terlibat langsung dalam pemanfaatan hasil riset dari para ilmuwan Indonesia.
Selain bekerja sama dengan sektor swasta, BRIN juga memperkuat koordinasi dengan kementerian terkait untuk memperluas cakupan riset yang mendukung sektor pangan. Arif menegaskan bahwa BRIN siap bermitra dengan Kementerian Koordinator Bidang Pangan dalam mengembangkan riset untuk komoditas strategis seperti bibit kelapa, kopi, cengkeh, dan lada.
Sinergi ini dinilai sangat relevan mengingat tiga fokus utama riset BRIN saat ini adalah pangan, air, dan energi yang seluruhnya memiliki peran vital dalam mendukung ketahanan nasional.
Ia menambahkan bahwa inovasi yang selama ini dikembangkan BRIN sudah berada pada tahap yang matang sehingga perlu percepatan pada proses realisasi di sektor industri. Arif menyebut percepatan ini menjadi semakin penting karena banyak industri membutuhkan dukungan teknologi untuk meningkatkan daya saing.
“Inovasi-inovasi yang ada di BRIN sudah saatnya bisa dipercepat realisasinya agar bisa memberi dampak yang besar bagi industri-industri Indonesia,” jelasnya.
Arahan Presiden Dorong BRIN Kembangkan Teknologi untuk Industri Strategis
Selain mendorong hilirisasi, strategi riset BRIN juga selaras dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto yang menekankan perlunya dukungan riset terhadap sektor industri strategis. Arif memaparkan bahwa ia mendapatkan arahan langsung saat bertemu Presiden pada 24 November 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden meminta agar BRIN memberikan perhatian khusus pada industri tekstil, elektronik, hingga sepatu yang dinilai sangat potensial untuk dikembangkan melalui dukungan riset teknologi.
Arif mengungkapkan bahwa Presiden ingin sektor industri Indonesia didorong dengan fondasi teknologi yang lebih kuat sehingga mampu bersaing tidak hanya di pasar domestik tetapi juga global. Ia melihat bahwa arahan tersebut menunjukkan betapa pentingnya posisi lembaga riset dalam mempercepat penguatan industri nasional.
“Saya kira dengan komunikasi akan bisa mempercepat proses di bidang penelitian yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar. BRIN bisa memberikan masukan agenda-agenda riset yang kira-kira diperlukan untuk mendukung industri ini,” terang Arif.
Ia menuturkan bahwa komunikasi intensif dengan industri akan membantu BRIN menyusun agenda riset yang lebih tepat sasaran. Hal ini dianggap penting karena kebutuhan pasar berubah cepat dan memerlukan dukungan riset yang lebih responsif.
Dengan pendekatan berbasis kebutuhan, Arif yakin riset yang dihasilkan BRIN dapat memberikan nilai tambah yang jauh lebih besar bagi sektor industri.
Transformasi Riset Sebagai Pendorong Pertumbuhan Industri Nasional
Perubahan orientasi riset BRIN membuka peluang besar untuk memperkuat pemanfaatan teknologi dalam berbagai lini produksi nasional. Arif menilai bahwa pendekatan penelitian yang relevan dengan kebutuhan industri merupakan kunci pembangunan berkelanjutan.
Ia juga menekankan bahwa keberhasilan transformasi riset akan ditentukan oleh seberapa kuat kolaborasi antara periset, pemerintah, dan pelaku industri mampu dibangun.
Dalam jangka panjang, BRIN berharap sinergi dengan Kadin dan berbagai pihak lain akan menciptakan ekosistem riset yang mampu menghasilkan inovasi berkelanjutan. Arif optimistis bahwa inovasi-inovasi unggulan yang telah dikembangkan BRIN akan memiliki dampak ekonomi yang signifikan jika berhasil diterapkan secara luas.
Oleh karena itu, percepatan hilirisasi menjadi agenda prioritas agar hasil riset tidak berhenti pada tahap teori atau pengembangan laboratorium.
Transformasi riset nasional ini diharapkan melahirkan industri berbasis teknologi yang kuat, kompetitif, dan mampu menjawab tantangan global. Arif menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan teknologi apabila riset diarahkan pada kebutuhan nyata negara.
Dengan komitmen kolaboratif berbagai pihak, ia optimistis hasil riset Indonesia akan menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun ke depan.