Kamis, 04 Desember 2025

CIMB Niaga Prioritaskan Prinsip Kehati-hatian Saat Insentif Likuiditas BI Berlaku Penuh

CIMB Niaga Prioritaskan Prinsip Kehati-hatian Saat Insentif Likuiditas BI Berlaku Penuh
CIMB Niaga Prioritaskan Prinsip Kehati-hatian Saat Insentif Likuiditas BI Berlaku Penuh

JAKARTA - Kesiapan industri perbankan menghadapi insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) menjadi perhatian besar sejak kebijakan tersebut resmi mulai berlaku pada 1 Desember 2025. Dalam dinamika tersebut, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mengambil langkah berbeda dengan menekankan sikap berhati-hati meskipun ruang likuiditas tambahan telah disediakan oleh Bank Indonesia.

Bank menyatakan bahwa peningkatan kapasitas likuiditas bukan berarti ekspansi kredit akan dilakukan secara agresif. Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan yang menegaskan bahwa kondisi permintaan kredit masih harus diperhatikan dengan cermat.

Respons CIMB Niaga terhadap Kebijakan Likuiditas Makroprudensial BI

Baca Juga

Livin Fest 2025 Resmi Hadir di Bali, Bank Mandiri Angkat Potensi UMKM dan Industri Kreatif

CIMB Niaga memandang kebijakan KLM sebagai sinyal positif dari otoritas moneter untuk memperkuat kemampuan perbankan menyalurkan pembiayaan. Namun, Lani menilai bahwa pemanfaatan insentif tersebut tetap harus mempertimbangkan situasi daya beli masyarakat yang belum pulih secara optimal.

“Insentif KLM kami sambut baik. Namun, tentu saja akan tergantung dari permintaan kredit dari masyarakat yang saat ini masih lemah karena faktor daya beli yang masih rendah, sehingga bank pasti juga akan berhati-hati untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga,” ujarnya.

Menurut Lani, perhatian terbesar bank bukan hanya pada ketersediaan likuiditas tetapi juga pada kemampuan pasar dalam menyerap tambahan kredit. Hal ini menjadi alasan utama CIMB Niaga belum melakukan revisi terhadap panduan pertumbuhan kredit tahun berjalan.

Bank tetap mempertahankan target pertumbuhan kredit di kisaran 5 hingga 6 persen sebagaimana tercantum dalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Keputusan tersebut menunjukkan bahwa CIMB Niaga memilih kesinambungan dan stabilitas dibandingkan ekspansi yang terlalu agresif.

Lani menegaskan bahwa meskipun kebijakan KLM memberikan ruang likuiditas tambahan, bank tidak ingin mengambil risiko berlebihan. Pengelolaan portofolio kredit tetap dikondisikan pada mekanisme mitigasi risiko yang telah ditetapkan.

Penyesuaian Strategi Kredit dan Kebijakan Pricing

Terkait kemungkinan penurunan suku bunga kredit sebagai bagian dari percepatan transmisi kebijakan moneter, CIMB Niaga belum membeberkan langkah teknis. Lani hanya menekankan bahwa setiap keputusan penetapan harga kredit akan disesuaikan dengan kondisi pasar, profil risiko debitur, dan keberlanjutan kinerja bank.

Ia menyampaikan bahwa faktor-faktor seperti stabilitas ekonomi, sektor usaha yang menjadi prioritas, serta proyeksi permintaan kredit dalam beberapa kuartal ke depan akan turut memengaruhi kebijakan perbankan. Bank tidak ingin menurunkan suku bunga tanpa mempertimbangkan risiko dari sisi kualitas kredit.

Selain itu, CIMB Niaga memastikan bahwa seluruh kebijakan pricing yang diambil harus menjaga keseimbangan antara penyaluran pembiayaan dan kesehatan portofolio. Penurunan suku bunga secara serampangan dinilai dapat menciptakan tekanan risiko baru pada debitur maupun bank itu sendiri.

Fokus mitigasi risiko menjadi prioritas utama bagi CIMB Niaga dalam memanfaatkan ruang likuiditas tambahan. Seleksi sektor yang akan menerima pembiayaan tetap mengikuti prinsip kehati-hatian yang telah diterapkan bank secara konsisten.

“Tidak ada perubahan di RBB,” tegas Lani, menegaskan bahwa rencana ekspansi kredit kuartalan tetap akan dijalankan seperti semula. Konsistensi ini menandakan bahwa bank memilih menjaga kendali penuh terhadap arah pertumbuhan kredit.

Konteks Kebijakan BI dan Target Pertumbuhan Kredit Nasional

Bank Indonesia sebelumnya meluncurkan penguatan insentif KLM sebagai bagian dari upaya mempercepat transmisi penurunan suku bunga perbankan. Kebijakan tersebut juga diharapkan mampu meningkatkan kapasitas penyaluran kredit secara nasional agar momentum pemulihan ekonomi terus terjaga.

Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Irman Robinson menjelaskan bahwa penguatan insentif KLM dibagi menjadi dua skema utama. Salah satu di antaranya adalah jalur kredit atau pembiayaan yang dikenal dengan istilah lending channel.

Irman menyebut bahwa through lending channel, bank dapat memperoleh ruang likuiditas tambahan berdasarkan komitmen pertumbuhan kredit yang mereka ajukan. Mekanisme ini dirancang untuk menarik bank mempercepat ekspansi kredit melalui insentif yang sifatnya terukur.

Ia menuturkan bahwa pertumbuhan kredit nasional pada September 2025 baru mencapai 7,7 persen secara tahunan. Capaian itu masih dianggap belum memadai untuk mendorong aktivitas ekonomi yang lebih kuat.

Bank sentral menilai perlunya langkah tambahan agar penyaluran kredit dapat tumbuh lebih cepat. Oleh karena itu, insentif KLM diperkuat untuk memastikan perbankan memiliki ruang operasional yang lebih besar.

Kendati demikian, respons setiap bank terhadap KLM tetap disesuaikan dengan strategi internal masing-masing. CIMB Niaga menjadi contoh perbankan yang memilih langkah prudent sambil tetap memanfaatkan peluang dari regulasi tersebut.

Kredit Tambahan dan Prinsip Kehati-hatian Perbankan

CIMB Niaga menegaskan bahwa meskipun insentif KLM memberikan kesempatan memperbesar pembiayaan, prinsip kehati-hatian tetap menjadi fondasi dalam setiap keputusan. Manajemen risiko dinilai perlu diperkuat mengingat kondisi permintaan kredit masih belum menunjukkan dorongan signifikan.

Bank memastikan bahwa seleksi debitur dan sektor usaha akan tetap dijalankan secara ketat sesuai pedoman risiko yang berlaku. Langkah ini dipandang penting untuk menjaga kualitas aset saat kondisi ekonomi belum sepenuhnya stabil.

Ruangan likuiditas tambahan dari KLM tidak serta-merta dieksekusi untuk ekspansi besar-besaran. CIMB Niaga lebih memilih memastikan bahwa penyaluran kredit benar-benar tepat sasaran dan sesuai dengan proyeksi pertumbuhan yang realistis.

Dengan strategi ini, CIMB Niaga berharap dapat menjaga stabilitas kinerja keuangan sekaligus berkontribusi pada pemulihan ekonomi secara bertahap. Bank ingin memastikan bahwa kredit yang disalurkan memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang.

Sikap tersebut sekaligus menjadi bentuk adaptasi CIMB Niaga terhadap perkembangan regulasi moneter. Bank menargetkan penggunaan likuiditas tambahan secara efisien dan sesuai dengan kebutuhan pasar.

Sikap Prudent di Tengah Insentif Baru

Kehadiran insentif KLM dari Bank Indonesia menjadi momen penting dalam upaya mempercepat pertumbuhan kredit nasional pada 2025. Namun, tidak semua bank merespons dengan strategi agresif, salah satunya CIMB Niaga yang tetap menekankan prinsip kehati-hatian.

Dengan mempertahankan target pertumbuhan kredit 5 sampai 6 persen, bank memilih fokus pada pengelolaan risiko dan kualitas aset. Langkah ini menunjukkan bahwa industri perbankan tetap sangat memperhatikan kondisi pasar dalam setiap keputusan ekspansi.

CIMB Niaga tetap menyatakan kesiapan memanfaatkan insentif KLM. Namun, eksekusinya tetap akan mempertimbangkan kemampuan dunia usaha dan masyarakat dalam menyerap kredit baru.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

variaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Livin Fest 2025 Resmi Hadir di Bali, Bank Mandiri Angkat Potensi UMKM dan Industri Kreatif

Livin Fest 2025 Resmi Hadir di Bali, Bank Mandiri Angkat Potensi UMKM dan Industri Kreatif

PNM Perkuat Loyalitas Karyawan Melalui Program Penghargaan Perjalanan Internasional

PNM Perkuat Loyalitas Karyawan Melalui Program Penghargaan Perjalanan Internasional

IHSG Menguat 4 Desember 2025, Saham FPNI Catat Lonjakan

IHSG Menguat 4 Desember 2025, Saham FPNI Catat Lonjakan

IHSG Hari Ini 4 Desember 2025: Rekomendasi Saham Unggulan

IHSG Hari Ini 4 Desember 2025: Rekomendasi Saham Unggulan

Harga Emas Stabil, Investor Tertarik Diversifikasi Aset

Harga Emas Stabil, Investor Tertarik Diversifikasi Aset