Permintaan Global Meningkat, Harga Batu Bara Masih dalam Tren Positif

Senin, 28 Juli 2025 | 10:28:55 WIB
Permintaan Global Meningkat, Harga Batu Bara Masih dalam Tren Positif

JAKARTA - Pasar batu bara mencatatkan penguatan signifikan pada akhir pekan lalu, menandai pencapaian harga tertinggi dalam lima bulan terakhir. Harga batu bara untuk kontrak pengiriman bulan depan di ICE Newcastle ditutup di level US$ 113,75 per ton pada Jumat, meningkat 0,57% dibandingkan hari sebelumnya. Lonjakan ini sekaligus menjadi penutup pekan yang mencatatkan kenaikan sebesar 3,03% secara mingguan dan 7,16% dalam sebulan terakhir.

Kenaikan harga batu bara terutama dipicu oleh permintaan energi yang melonjak di belahan bumi utara akibat musim panas. Kebutuhan penggunaan pendingin udara yang tinggi turut mendorong konsumsi listrik, yang berdampak langsung pada meningkatnya kebutuhan terhadap batu bara sebagai sumber pembangkit tenaga listrik.

Prediksi IEA: Permintaan Tahun Ini Bisa Pecahkan Rekor
Dalam laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA), diproyeksikan bahwa permintaan batu bara global akan mencapai rekor tertinggi tahun ini. Walaupun permintaan dari China mengalami penurunan sekitar 0,5%, lonjakan kebutuhan dari negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan India diperkirakan mampu menutup kekurangan tersebut.

Data dari IEA menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, konsumsi batu bara meningkat sebesar 12% pada semester pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh lonjakan konsumsi listrik domestik. Di sisi lain, India juga diperkirakan akan mengalami kenaikan permintaan sebesar 1,3% pada tahun ini.

Keseimbangan antara penurunan dan peningkatan permintaan di beberapa negara turut menjaga posisi batu bara sebagai komoditas energi utama di pasar global.

Posisi Indonesia Sebagai Eksportir Utama Dunia
Indonesia tetap menjadi penyuplai utama batu bara termal dunia, menyumbang hampir 40% dari pangsa pasar ekspor global. Posisi strategis ini memberikan dampak langsung terhadap dinamika pasar global, di mana perubahan harga internasional akan berkorelasi dengan kinerja ekspor Indonesia.

Konsistensi suplai dari Indonesia dan kestabilan produksi menjadi faktor penting dalam menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Dengan permintaan global yang terus meningkat, peluang ekspor bagi Indonesia diperkirakan tetap terbuka lebar, seiring dengan harga yang cenderung bertahan di level menguntungkan.

Tinjauan Teknikal: Sinyal Positif Tapi Waspadai Koreksi
Dari perspektif teknikal mingguan, harga batu bara masih berada di zona bullish. Indikator Relative Strength Index (RSI) mencatat angka 54, yang menandakan bahwa tren penguatan masih berlangsung, meski cenderung netral karena tidak terlalu jauh dari angka 50.

Namun, indikator Stochastic RSI menunjukkan angka 91, menempatkan posisi pasar dalam kondisi jenuh beli (overbought). Ketika indikator ini berada di atas 80, biasanya ada kecenderungan bahwa harga akan mengalami koreksi dalam waktu dekat.

Dalam skenario koreksi, target support terdekat berada di level US$ 110 per ton, yang merupakan batas dari Moving Average (MA) 5. Jika level ini tertembus, maka dukungan berikutnya berada pada MA-10, yakni US$ 107 per ton. Adapun target koreksi paling rendah (support terjauh) diperkirakan akan berada di level US$ 102 per ton.

Potensi Penguatan Jika Tembus Resistensi
Meski terdapat kemungkinan koreksi, proyeksi penguatan harga masih terbuka jika batu bara berhasil menembus titik resistensi terdekat di US$ 119 per ton. Penembusan pada level ini akan membuka jalan bagi penguatan lanjutan menuju US$ 128 per ton. Level ini merupakan resistensi jangka menengah yang akan menjadi titik perhatian pelaku pasar dalam waktu dekat.

Faktor-faktor eksternal seperti cuaca ekstrem, krisis energi, serta dinamika geopolitik juga dapat memengaruhi pergerakan harga batu bara. Oleh karena itu, pelaku pasar disarankan untuk tetap memantau perkembangan global secara berkala guna menentukan strategi perdagangan yang tepat.

Terkini