JAKARTA - Pasar energi global menunjukkan ketahanan setelah kabar kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa beredar menjelang tenggat waktu tarif yang dirancang Presiden Donald Trump. Harga minyak mentah, yang sempat mengalami pelemahan sebelumnya, kini berada dalam posisi relatif stabil.
Minyak mentah Brent tercatat tetap berada di atas US$68 per barel, meskipun pada penutupan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 1,1%. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) bergerak mendekati angka US$65 per barel. Kondisi ini mencerminkan ketenangan sementara di tengah dinamika kebijakan tarif dan respons global terhadapnya.
Kendati demikian, sejumlah pelaku pasar masih mencermati perbedaan pandangan antara Presiden Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen terkait sejumlah detail penting dalam perjanjian tersebut.
Tekanan Tarif dan Kekhawatiran Dampak Ekonomi
Kesepakatan antara AS dan UE datang pada waktu yang krusial, mengingat ancaman tarif sebesar 15% yang membayangi berbagai ekspor dari kawasan Eropa ke Amerika Serikat. Langkah-langkah proteksionis seperti ini sebelumnya telah menimbulkan kekhawatiran luas terhadap perlambatan ekonomi global.
Kebijakan perdagangan Presiden Trump, yang menargetkan beberapa mitra dagang utama Amerika, telah menimbulkan ketidakpastian di kalangan investor dan pelaku pasar komoditas. Minyak sebagai komoditas sensitif terhadap fluktuasi ekonomi dunia pun ikut terkena imbasnya, mencatat tekanan dari sentimen negatif pasar.
Isu-isu ini memperkuat kekhawatiran bahwa potensi penurunan permintaan terhadap energi, seiring dengan perlambatan ekonomi global, bisa memberi dampak jangka menengah bagi stabilitas pasar minyak dunia.
Kebijakan Produksi OPEC+ Menjadi Perhatian Tambahan
Selain faktor perdagangan internasional, dinamika harga minyak juga dipengaruhi oleh keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+). Blok produsen energi tersebut telah menyatakan niat untuk segera meningkatkan kuota produksi mereka.
Langkah ini dikhawatirkan dapat menciptakan kelebihan pasokan di pasar menjelang akhir tahun. Sebelumnya, pengurangan produksi oleh OPEC+ telah berkontribusi dalam menjaga harga tetap stabil, namun potensi pelebaran pasokan bisa menekan kembali harga dalam beberapa bulan ke depan.
Analis memperkirakan bahwa meskipun permintaan minyak global terus tumbuh secara perlahan, lonjakan pasokan yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan tekanan turun pada harga minyak mentah internasional.
Isyarat Gencatan Senjata Dagang dari AS dan China
Di tengah ketidakpastian global, sinyal positif juga datang dari hubungan dagang antara AS dan China. Kedua negara raksasa ekonomi dunia ini dikabarkan akan memperpanjang gencatan senjata tarif selama tiga bulan ke depan. Laporan ini disampaikan oleh South China Morning Post, mengutip sumber yang enggan disebutkan namanya.
Gencatan ini memberi ruang untuk negosiasi lebih lanjut dan mengurangi kekhawatiran akan terjadinya eskalasi perang dagang yang dapat mengguncang pasar komoditas. Para pejabat dari kedua belah pihak dijadwalkan bertemu untuk merundingkan kesepakatan dagang, memberikan harapan baru bagi stabilitas ekonomi global.
Kondisi ini turut memengaruhi ekspektasi pelaku pasar terhadap permintaan energi dari kawasan Asia, khususnya Tiongkok sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia.
Respons Pasar dan Sentimen Pelaku Industri Energi
Dengan stabilnya harga minyak setelah serangkaian perkembangan geopolitik dan perdagangan, pelaku industri energi terus memantau dinamika pasar secara ketat. Ketidakpastian masih membayangi, namun terdapat indikasi bahwa pelaku pasar mulai beradaptasi dengan realitas kebijakan global yang berubah-ubah.
Kehati-hatian tetap menjadi kunci bagi para trader, mengingat harga minyak bisa dengan cepat berubah mengikuti perkembangan berita dan data ekonomi. Sejumlah analis memperingatkan potensi jebakan harga di kisaran US$70 per barel, yang bisa membuat pasar rawan terhadap aksi ambil untung atau penyesuaian cepat.
Dalam kondisi seperti ini, stabilitas kebijakan dan kepastian pasokan tetap menjadi faktor kunci dalam menjaga momentum positif harga minyak di pasar internasional.