JAKARTA - Setiap tanggal 1, masyarakat Indonesia selalu menanti pengumuman resmi penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) dari berbagai perusahaan penyedia seperti Pertamina, Shell, BP, dan Vivo. Penyesuaian ini merupakan bagian dari kebijakan berkala yang mengikuti perkembangan harga minyak dunia dan kurs mata uang asing. Tanggal 1 Agustus 2025 kembali menjadi momen penting karena akan diumumkan apakah harga BBM akan mengalami kenaikan, penurunan, atau tetap.
Pada bulan sebelumnya, yakni 1 Juli 2025, seluruh penyedia BBM di Indonesia secara serempak menaikkan harga bahan bakar nonsubsidi mereka. Situasi ini menimbulkan antisipasi lebih besar di kalangan konsumen yang berharap adanya stabilisasi atau bahkan penurunan harga. Meski belum ada informasi pasti, tren sebelumnya menjadi acuan publik untuk memperkirakan arah kebijakan harga bulan ini.
Kenaikan Harga BBM Pertamina di Bulan Juli Jadi Sorotan
PT Pertamina (Persero), sebagai badan usaha milik negara yang mendominasi pasar BBM nasional, menaikkan beberapa harga produknya per 1 Juli 2025. Harga Pertamax (RON 92) meningkat dari Rp12.100 menjadi Rp12.500 per liter. Kenaikan juga terjadi pada Pertamax Green (RON 95) yang kini menjadi Rp13.250 dari sebelumnya Rp12.800 per liter.
Jenis BBM lain seperti Pertamax Turbo (RON 98) naik menjadi Rp13.500 per liter, dari Rp13.050. Produk diesel seperti Dexlite (CN 51) dan Pertamina Dex (CN 53) juga mengalami kenaikan. Dexlite kini dijual Rp13.650 per liter, sementara Pertamina Dex naik menjadi Rp13.320 per liter. Namun, harga BBM subsidi seperti Pertalite (RON 90) dan Solar masih tetap, masing-masing di angka Rp10.000 dan Rp6.800 per liter.
Kebijakan harga Pertamina sangat memengaruhi pola konsumsi masyarakat, mengingat jangkauan distribusinya yang luas hingga ke pelosok tanah air. Konsumen berharap agar penyesuaian harga ke depan tidak terlalu membebani pengeluaran rumah tangga.
Shell, BP, dan Vivo Juga Naikkan Harga BBM Non-Subsidi
Tak hanya Pertamina, perusahaan swasta seperti Shell, BP, dan Vivo juga turut menaikkan harga jual BBM mereka per 1 Juli 2025. Kenaikan ini merata di hampir semua jenis bahan bakar, mencerminkan adanya tekanan dari pasar global dan perubahan biaya operasional.
Shell, misalnya, menaikkan harga Shell Super menjadi Rp12.810 per liter, naik dari bulan sebelumnya yang Rp12.370. Shell V-Power kini dijual Rp13.300 per liter, sedangkan Shell V-Power Diesel melonjak ke Rp13.830 per liter. Untuk varian tertinggi, Shell V-Power Nitro+ kini berada di angka Rp13.540 per liter.
SPBU BP juga menaikkan harga BBM mereka. BP Ultimate kini dihargai Rp13.300 per liter dari sebelumnya Rp12.840, sedangkan BP 92 menjadi Rp12.600 per liter. Jenis diesel unggulan BP Ultimate Diesel juga mengalami lonjakan harga menjadi Rp13.800 per liter.
Vivo, yang menjadi pemain baru namun agresif dalam industri ini, tidak ketinggalan. Revvo 90 naik menjadi Rp12.730 per liter, Revvo 92 menjadi Rp12.810, dan Revvo 95 kini dipatok Rp13.300. Produk diesel Vivo, Diesel Primus Plus, kini dijual seharga Rp13.800 per liter.
BBM Subsidi Tetap, Tapi Tekanan Harga Global Bisa Ubah Peta
Di tengah kenaikan harga BBM nonsubsidi, pemerintah hingga saat ini tetap mempertahankan harga subsidi BBM seperti Pertalite dan Solar. Namun, menjaga stabilitas harga subsidi bukan tanpa tantangan. Fluktuasi harga minyak mentah dunia, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan meningkatnya permintaan bahan bakar dapat memicu tekanan terhadap anggaran negara.
Meski tidak mengalami penyesuaian pada bulan Juli, keberlanjutan harga tetap ini sangat bergantung pada besarnya subsidi yang disediakan pemerintah melalui APBN. Di sisi lain, komparasi harga dengan negara tetangga juga memunculkan pertanyaan dari masyarakat. Misalnya, harga BBM di Malaysia pada periode yang sama dilaporkan hanya Rp7.680 per liter, jauh lebih murah dibandingkan Indonesia.
Kondisi ini menambah sorotan publik terhadap arah kebijakan pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara beban fiskal dan daya beli masyarakat. Dengan harga minyak global yang masih berpotensi naik, masyarakat menanti apakah subsidi akan terus diberikan atau dilakukan penyesuaian harga di kemudian hari.
Harga BBM 1 Agustus Jadi Penentu Strategi Konsumen dan Pelaku Usaha
Menjelang 1 Agustus 2025, masyarakat mulai berspekulasi apakah harga BBM akan mengalami kenaikan kembali atau justru ada penurunan setelah lonjakan di bulan sebelumnya. Penyesuaian harga ini bukan hanya berdampak pada anggaran rumah tangga, tetapi juga memengaruhi biaya distribusi barang dan jasa secara nasional.
Pelaku usaha transportasi, logistik, dan industri manufaktur menjadi sektor yang paling sensitif terhadap perubahan harga BBM. Kenaikan biaya bahan bakar bisa menyebabkan lonjakan harga barang kebutuhan pokok, ongkos kirim, hingga tarif transportasi umum.
Tak sedikit warga yang memilih mengisi tangki kendaraan lebih awal sebelum pengumuman resmi. Beberapa bahkan memantau langsung situs resmi MyPertamina dan media sosial SPBU swasta untuk memperoleh informasi terkini seputar harga baru.
Sementara itu, masyarakat menengah ke bawah berharap ada kebijakan stabilisasi harga dari pemerintah untuk mencegah gejolak ekonomi. Dengan masih terbukanya peluang penyesuaian harga, perhatian publik akan tertuju pada keputusan yang akan diumumkan esok hari oleh masing-masing operator SPBU.