Harga Minyak Dunia Terus Menguat, Dipicu Sentimen Global dan Kebijakan AS

Kamis, 31 Juli 2025 | 10:58:27 WIB
Harga Minyak Dunia Terus Menguat, Dipicu Sentimen Global dan Kebijakan AS

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia terus menunjukkan tren penguatan dalam empat hari terakhir, termasuk pada Kamis. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran pasar atas kebijakan perdagangan yang diusung oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Ancaman penerapan tarif tambahan terhadap negara-negara yang membeli minyak dari Rusia menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan spekulasi pasar akan potensi gangguan pasokan global.

Menurut data yang dilansir dari Reuters, minyak mentah jenis Brent untuk kontrak September naik sebesar 27 sen atau sekitar 0,4%, sehingga diperdagangkan pada harga US$73,51 per barel pada pukul 00.28 GMT. Minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak yang sama juga menguat sebesar 37 sen atau 0,5% ke level US$70,37 per barel. Kedua patokan harga ini sebelumnya telah mencatatkan kenaikan hampir 1% dalam sesi perdagangan sebelumnya, memperlihatkan konsistensi sentimen positif di pasar energi global.

Pernyataan Trump Tingkatkan Volatilitas Pasar Energi

Pernyataan Presiden Donald Trump mengenai rencana penerapan tarif sekunder 100% kepada negara-negara yang tetap mengimpor minyak dari Rusia turut meningkatkan ketidakpastian di pasar minyak. Trump memberikan tenggat waktu baru selama 10 hingga 12 hari bagi Rusia untuk menunjukkan upaya konkret dalam mengakhiri konflik dengan Ukraina. Ini merupakan percepatan dari tenggat waktu sebelumnya yang ditetapkan selama 50 hari.

Tidak hanya mengancam Rusia, Trump juga menargetkan India dengan rencana pengenaan tarif impor sebesar 25% mulai Jumat mendatang. Meskipun proses negosiasi dagang dengan India masih berjalan, keputusan tersebut tetap menambah tekanan bagi mitra dagang utama AS. Selain itu, China—sebagai salah satu konsumen utama minyak Rusia—juga mendapatkan peringatan tegas bahwa mereka dapat dikenakan tarif besar jika tetap melanjutkan impor dari Rusia.

Sentimen-sentimen tersebut membuat para investor semakin berhati-hati dalam memproyeksikan suplai minyak ke depan, mendorong spekulasi akan potensi kelangkaan pasokan di pasar global.

Sanksi Baru terhadap Iran Tambah Tekanan pada Suplai

Selain fokus pada Rusia dan India, pemerintahan Trump juga memperluas sanksi terhadap Iran. Departemen Keuangan Amerika Serikat pada Rabu mengumumkan sanksi tambahan kepada lebih dari 115 individu, entitas bisnis, dan kapal yang diduga memiliki keterkaitan dengan aktivitas ekspor minyak Iran.

Kebijakan ini sejalan dengan strategi “maximum pressure” yang kembali digalakkan AS setelah terjadinya serangan terhadap fasilitas nuklir utama Iran pada bulan Juni lalu. Mengingat Iran merupakan salah satu negara pengekspor minyak utama, dan China merupakan konsumen utama dari produk minyak Iran, langkah ini dipandang akan semakin memperketat pasokan global dan berkontribusi terhadap tren kenaikan harga minyak dunia.

Data EIA Tunjukkan Lonjakan Tak Terduga Stok Minyak Mentah AS

Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat merilis data yang mengejutkan pelaku pasar. Stok minyak mentah AS tercatat naik sebesar 7,7 juta barel dalam minggu yang berakhir pada 25 Juli 2025, dengan total persediaan mencapai 426,7 juta barel. Kenaikan ini jauh di luar prediksi analis yang sebelumnya memperkirakan akan terjadi penurunan sebesar 1,3 juta barel.

Namun demikian, penurunan signifikan pada stok bensin—yang tercatat menyusut sebesar 2,7 juta barel menjadi 228,4 juta barel—memberikan sinyal bahwa permintaan bahan bakar tetap tinggi di musim panas, terutama saat musim liburan dan kegiatan berkendara meningkat. Penurunan ini jauh lebih besar dari ekspektasi sebelumnya yang hanya sebesar 600.000 barel.

Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun terjadi lonjakan stok minyak mentah, permintaan konsumsi bensin domestik masih tetap kuat, sehingga menciptakan keseimbangan dalam dinamika pasokan dan permintaan.

Ekspektasi Investor dan Prospek Harga ke Depan

Dalam pandangan analis, kekhawatiran terhadap potensi gangguan suplai minyak global akibat eskalasi ketegangan geopolitik dan kebijakan perdagangan menjadi pemicu utama dalam lonjakan harga belakangan ini. Toshitaka Tazawa, analis dari Fujitomi Securities, menyatakan bahwa minat beli terhadap minyak mentah terus meningkat seiring berkembangnya risiko bahwa negara-negara pengimpor minyak Rusia akan dikenai tarif tambahan.

Sementara itu, kontrak Brent untuk pengiriman Oktober juga mencatatkan kenaikan sebesar 29 sen atau sekitar 0,4%, mencapai harga US$72,76 per barel. Kenaikan ini menandakan bahwa pasar mulai memperhitungkan dampak jangka menengah dari ketegangan geopolitik terhadap kestabilan suplai minyak dunia.

Para pelaku pasar dan analis kini terus mencermati perkembangan terbaru dari pernyataan-pernyataan Presiden Trump serta langkah lanjutan yang akan diambil oleh negara-negara besar seperti China dan India. Ketegangan antara kebijakan AS dan negara-negara pengimpor minyak dari Rusia serta Iran menjadi sorotan utama dalam pergerakan harga minyak mentah dunia ke depan.

Terkini