JAKARTA - Pada hari Senin, 4 Agustus 2025, harga batu bara menunjukkan pergerakan yang beragam. Beberapa jenis batu bara mengalami kenaikan, sementara yang lainnya justru mengalami penurunan harga. Harga batu bara Newcastle untuk Agustus 2025 tercatat naik sebesar US$ 0,05 menjadi US$ 114,95 per ton, namun harga batu bara Newcastle untuk bulan September 2025 justru mengalami penurunan sebesar US$ 0,05, menjadi US$ 117,2 per ton. Di sisi lain, harga batu bara untuk bulan Oktober 2025 stagnan di US$ 118,25 per ton.
Di pasar batu bara Rotterdam, situasinya juga berbeda. Harga batu bara Rotterdam Agustus 2025 turun US$ 0,25 menjadi US$ 103,2, sementara untuk September 2025, harga turun lebih dalam, yakni US$ 0,85 menjadi US$ 104,5. Oktober 2025 juga mencatatkan penurunan harga sebesar US$ 0,75, menjadi US$ 105,75 per ton.
Faktor Penggerak Harga Batu Bara
Harga batu bara yang beragam ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang saling terkait. Ada kombinasi berbagai faktor global yang turut memengaruhi pergerakan harga, di antaranya membaiknya pasokan batu bara, pelemahan permintaan dari sektor energi fosil, dan peningkatan kontribusi energi terbarukan dari beberapa negara besar, termasuk China dan India.
1. Peningkatan Pasokan Batu Bara Global
Salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan harga batu bara adalah peningkatan pasokan global. Meningkatnya jumlah pasokan batu bara ini disebabkan oleh berbagai kebijakan yang diambil oleh negara-negara penghasil batu bara besar seperti Australia, Indonesia, dan China. Peningkatan pasokan ini menyebabkan harga batu bara menjadi lebih stabil, meskipun ada beberapa perubahan harga yang fluktuatif.
2. Penurunan Permintaan dari Sektor Energi Fosil
Pada saat yang sama, permintaan batu bara dari sektor energi fosil mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh bergesernya tren energi dunia yang semakin mengarah pada energi terbarukan. Negara-negara besar seperti China dan India semakin banyak mengandalkan sumber energi terbarukan, sehingga permintaan terhadap batu bara untuk pembangkit listrik sedikit menurun.
Perubahan pola konsumsi energi ini sangat berpengaruh pada harga batu bara, mengingat sektor energi fosil seperti batu bara telah menjadi komoditas utama untuk pembangkit listrik di banyak negara.
3. Kebijakan Pemerintah China Terkait Produksi Batu Bara
China, sebagai negara dengan konsumsi batu bara terbesar di dunia, juga memainkan peran penting dalam fluktuasi harga batu bara global. Dilaporkan bahwa pemerintah China mengambil langkah untuk mengendalikan pasokan batu bara domestik mereka dengan menutup tambang yang melebihi kuota produksi. Langkah ini bagian dari strategi pengelolaan pasokan energi untuk memastikan kestabilan harga serta pasokan batu bara yang lebih efisien.
Selain itu, pemerintah China juga mewajibkan pembangkit listrik untuk meningkatkan stok batu bara sebesar 10%. Tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan batu bara yang mahal dan untuk mengurangi tekanan terhadap deflasi produsen batu bara yang semakin meningkat. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga harga batu bara tetap terkendali di pasar domestik, meskipun ada penurunan permintaan global.
4. Dampak Energi Terbarukan terhadap Pasokan Batu Bara
Beberapa negara besar, termasuk China dan India, semakin berfokus pada energi terbarukan, yang turut memengaruhi pasar batu bara. Peningkatan penggunaan energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya dan angin, mengurangi ketergantungan pada batu bara untuk pembangkit listrik. Ini menyebabkan penurunan permintaan yang cukup signifikan terhadap batu bara, yang berdampak langsung pada harga batu bara global.
5. Proyeksi Kinerja Produksi Batu Bara China
Meskipun ada penurunan permintaan dari sektor energi fosil dan peralihan ke energi terbarukan, produksi batu bara China justru mencatatkan kenaikan pada bulan Juni 2025, yakni meningkat 3,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka ini sejalan dengan proyeksi resmi China yang menyatakan bahwa produksi batu bara tahunan mereka akan tumbuh sekitar 1,5% menjadi 4,82 miliar ton. Bahkan, pada tahun 2024, China berhasil mencetak rekor produksi batu bara.
Namun, meskipun produksi meningkat, kebijakan penutupan tambang yang melebihi kuota produksi bertujuan untuk menjaga keseimbangan pasokan batu bara di pasar domestik. Hal ini menciptakan dinamika harga batu bara yang cukup kompleks, di mana pasokan batu bara berlimpah, tetapi permintaan tergerus oleh perubahan tren energi global.
Faktor-Faktor Eksternal Lainnya yang Mempengaruhi Harga Batu Bara
Selain faktor-faktor di atas, ada beberapa faktor eksternal yang turut memengaruhi harga batu bara, seperti perubahan harga energi global, fluktuasi nilai tukar mata uang, dan kebijakan perdagangan internasional. Misalnya, ketegangan perdagangan antara negara-negara besar dapat memengaruhi pasokan dan harga batu bara, terutama jika terjadi pembatasan ekspor atau impor.
Perkiraan Harga Batu Bara ke Depan
Melihat faktor-faktor yang ada, harga batu bara ke depan diperkirakan akan terus dipengaruhi oleh perubahan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar internasional. China, sebagai negara terbesar dalam konsumsi batu bara, diprediksi akan terus memperketat kebijakan terkait produksi batu bara demi menjaga stabilitas harga domestik.
Di sisi lain, semakin berkembangnya energi terbarukan di berbagai negara besar akan terus mengurangi ketergantungan pada batu bara, yang dapat menekan permintaan dalam jangka panjang. Namun, pasokan batu bara global yang lebih baik serta kebijakan energi terbarukan yang seimbang akan menjaga harga tetap stabil meskipun ada beberapa penurunan harga di pasar.