JAKARTA - TBS Energi Utama (TOBA), salah satu pemain utama dalam sektor energi Indonesia, melaporkan pendapatan yang cukup signifikan dalam segmen energi hijau pada semester pertama 2025. Namun, sektor batubara yang selama ini menjadi andalan perusahaan mengalami penurunan pendapatan. Berdasarkan laporan keuangan TOBA per Juni 2025, pendapatan perusahaan dari kontrak dengan pelanggan tercatat sebesar USD 172,21 juta. Angka ini mengalami penurunan sebesar 30,75% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang tercatat mencapai USD 248,67 juta.
Direktur TOBA, Juli Oktarina, menjelaskan bahwa penurunan pendapatan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan volume penjualan batubara serta penurunan harga jual rata-rata batubara. “Tren penurunan harga ini sejalan dengan penurunan harga batubara global yang terjadi sejak tahun lalu,” ujarnya dalam konferensi pers yang diadakan pekan lalu.
Transformasi Bisnis TOBA Menuju Energi Hijau
Seiring dengan penurunan pendapatan di sektor batubara, TOBA semakin mantap dengan langkah transformasi bisnis yang mengarah pada sektor energi terbarukan. Perusahaan yang sebelumnya dikenal dengan ketergantungannya pada batubara kini mengalihkan fokus pada beberapa bisnis masa depan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Segmen-segmen baru yang menjadi fokus TOBA adalah kendaraan listrik, energi baru dan terbarukan (EBT), serta pengelolaan limbah yang diubah menjadi energi.
Pada sektor kendaraan listrik, TOBA memperkenalkan Electrum, sebuah brand motor listrik yang dikembangkan sejak 2021 dengan kemitraan bersama GoTo Group. Selain motor listrik, perusahaan ini juga mengembangkan ekosistem penukaran baterai, mendukung pengembangan infrastruktur yang mempermudah penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Mini Hidro Sebagai Pilar EBT TOBA
Sementara itu, di sektor energi baru dan terbarukan, TOBA semakin mengembangkan kapabilitasnya dengan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan mini hidro. Salah satu proyek pembangkit mini hidro yang dimiliki TOBA terletak di Lampung, dengan kapasitas 6 MW yang sudah beroperasi sejak Januari 2025. Selain itu, perusahaan ini juga sedang membangun proyek PLTS di Batam dengan kapasitas 46 MWp, yang ditujukan untuk kawasan industri.
Dengan proyek-proyek ini, TOBA berusaha untuk mengurangi ketergantungannya terhadap sektor batubara dan mempercepat transisi menuju sumber energi yang lebih bersih dan terbarukan. Di kedua pembangkit ini, TOBA memiliki partisipasi 49%, memperlihatkan komitmen jangka panjang perusahaan dalam mengembangkan sektor EBT di Indonesia.
Bisnis Pengelolaan Limbah Sebagai Pilar Baru TOBA
Transformasi bisnis TOBA tidak berhenti pada sektor energi. Perusahaan ini juga mengembangkan bisnis pengelolaan limbah yang menjadi bagian dari upaya mereka untuk mendukung keberlanjutan lingkungan. TOBA memulai langkah ini dengan mengakuisisi Asia Medical Enviro Services (AMES), perusahaan pengelolaan limbah medis yang berbasis di Singapura, yang menguasai sekitar 50% pangsa pasar limbah medis pada Agustus 2023.
Pada akhir 2023, TOBA kembali melakukan akuisisi terhadap perusahaan ARA H Environmental, yang bergerak di bidang pengelolaan limbah B3 medis, B3 komersial, serta limbah domestik. Perusahaan ini melayani lebih dari 5.000 pelanggan di 15 provinsi di Indonesia.
Lonjakan Pendapatan dari Segmen Pengelolaan Limbah
Transformasi TOBA semakin terlihat dengan lonjakan pendapatan dari sektor pengelolaan limbah pada semester I 2025. Pendapatan dari segmen ini tercatat sebesar USD 59,6 juta, yang meningkat 831% YoY. Peningkatan signifikan ini terjadi setelah TOBA mengakuisisi dua perusahaan pengelolaan limbah Sembcorp Environment Pte. Ltd. dan Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd. yang berbasis di Singapura, dengan total transaksi mencapai S$ 414 juta.
Segmen kendaraan listrik juga turut menyumbang peningkatan pendapatan yang positif, di mana penjualan sewa kendaraan listrik tercatat sebesar USD 3,4 juta, meningkat 13% YoY. Dengan hasil ini, TOBA semakin yakin bahwa strategi diversifikasi yang mereka jalankan akan memberikan dampak jangka panjang yang positif.
Dampak Positif Peraturan Pemerintah Terhadap Bisnis TOBA
Keberhasilan TOBA dalam bisnis pengelolaan limbah juga didorong oleh potensi besar yang ada di pasar Indonesia. Menurut Leonardo Lijuwardi, analis dari NH Korindo Sekuritas, Indonesia yang merupakan negara dengan populasi terbesar keempat dunia menghadapi tantangan besar terkait pengelolaan sampah. Peraturan Presiden (Perpres) Sampah yang diperkirakan akan menjadi game changer di sektor ini akan membuka peluang lebih besar bagi perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan limbah, seperti TOBA.
“TOBA telah menyiapkan infrastruktur yang sangat baik dengan akuisisi perusahaan-perusahaan besar di sektor limbah. Hal ini memberikan posisi strategis yang sangat kuat bagi TOBA dalam mendukung upaya pemerintah untuk mengatasi masalah sampah di Indonesia,” tambahnya.
TOBA Menjadi Pemain Utama di Bisnis Energi Hijau dan Pengelolaan Limbah
TOBA semakin menunjukkan komitmennya dalam melakukan transformasi bisnis dengan memasuki sektor-sektor yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sektor energi hijau dan pengelolaan limbah yang menjadi pilar utama perusahaan ini memberikan dampak positif terhadap pendapatan dan prospek jangka panjang perusahaan. Dengan strategi yang berfokus pada energi terbarukan dan pengelolaan limbah, TOBA siap menghadapi tantangan dan peluang di masa depan, menjadikannya pemain utama dalam transisi energi dan keberlanjutan lingkungan di Indonesia.