JAKARTA - Di tengah iklim tropis dan paparan sinar matahari yang tak terhindarkan, menjaga kesehatan kulit menjadi semakin penting. Salah satu cara paling efektif untuk mencegah kerusakan kulit adalah dengan menggunakan sunscreen. Meski demikian, banyak orang masih ragu atau salah paham tentang cara kerja dan keamanan produk ini.
Berikut adalah penjelasan ilmiah mengenai sunscreen, bagaimana cara kerjanya dalam melindungi kulit, dan fakta yang perlu kamu ketahui sebelum memutuskan untuk menggunakannya.
Ancaman Nyata dari Sinar UV
Sinar ultraviolet (UV) merupakan radiasi dari matahari yang menembus atmosfer dan sampai ke permukaan bumi. Meski tidak terlihat, efeknya sangat berbahaya bagi kulit. Paparan sinar UV dalam waktu singkat dapat menyebabkan sunburn, sementara paparan jangka panjang meningkatkan risiko kerusakan DNA sel kulit hingga kanker kulit.
Terdapat dua jenis sinar UV yang perlu diwaspadai: UVA dan UVB. UVA memiliki gelombang panjang yang mampu menembus hingga ke lapisan kulit terdalam dan menyebabkan penuaan dini. Sementara itu, UVB lebih banyak menyebabkan sunburn karena menyerang lapisan kulit luar. Meski seseorang memiliki kulit gelap sekalipun, perlindungan tetap dibutuhkan karena paparan terus-menerus tetap dapat menyebabkan kerusakan.
Cara Kerja Sunscreen Melindungi Kulit
Sunscreen bekerja dengan cara menyerap, memantulkan, atau menghambat sinar UV agar tidak menembus ke dalam kulit. Secara umum, sunscreen terbagi menjadi dua kategori berdasarkan bahan aktifnya: sunscreen organik (chemical) dan sunscreen fisik (mineral).
Sunscreen organik menggunakan molekul berbasis karbon yang menyerap sinar UV dan melepaskannya dalam bentuk panas. Di sisi lain, sunscreen fisik mengandung partikel seperti titanium dioksida atau seng oksida yang memantulkan sinar UV dari permukaan kulit. Meskipun tidak ada sunscreen yang dapat memblokir 100% sinar UV, produk ini mampu menyaring sebagian besar radiasi yang merusak.
Label pada produk sunscreen seperti SPF (Sun Protection Factor) dan UPF (Ultraviolet Protection Factor) menunjukkan seberapa efektif perlindungan yang diberikan. Misalnya, SPF 30 dapat menyaring sekitar 97% sinar UVB, sementara SPF 50 menyaring hingga 98%.
Mitos dan Kekhawatiran yang Beredar
Sayangnya, banyak informasi keliru mengenai sunscreen yang menyebar luas di media sosial dan internet. Beberapa klaim menyebut bahwa sunscreen mengandung zat berbahaya yang dapat meresap ke dalam darah. Zat seperti oxybenzone, avobenzone, dan octinoxate memang terdeteksi dalam aliran darah dalam beberapa studi, namun konsentrasi zat tersebut masih berada pada batas aman menurut otoritas kesehatan.
Isu lain yang sering muncul adalah kekhawatiran tentang dampak sunscreen terhadap lingkungan, khususnya ekosistem laut. Meski begitu, banyak studi toksikologi dilakukan dalam kondisi ekstrem yang tidak realistis. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks dan kadar bahan yang digunakan, bukan hanya terpengaruh oleh ketakutan yang tidak berdasar.
Pentingnya Penggunaan yang Tepat
Para ahli menekankan bahwa efektivitas sunscreen sangat bergantung pada cara penggunaannya. Salah satu kesalahan umum adalah mencampur berbagai jenis sunscreen atau produk kosmetik dengan SPF yang berbeda. Bukannya meningkatkan perlindungan, tindakan ini justru bisa mengurangi efektivitas masing-masing produk karena ketidakcocokan formulasi kimia.
Disarankan untuk menggunakan sunscreen secara merata dan cukup banyak, sekitar dua jari penuh untuk wajah, serta diulang setiap dua jam jika berada di luar ruangan. Juga, pastikan produk belum melewati tanggal kedaluwarsa dan disimpan di tempat yang sejuk agar formulanya tetap stabil.
Sunscreen Buatan Sendiri: Solusi atau Risiko?
Dengan semakin meningkatnya tren hidup alami, beberapa orang memilih untuk membuat sunscreen sendiri dengan bahan seperti minyak kelapa, shea butter, atau tallow (lemak sapi). Meski terdengar alami dan aman, produk buatan rumah ini memiliki risiko besar karena tidak melalui uji laboratorium yang ketat.
Masalah utama dari sunscreen rumahan adalah ketidakmampuan untuk mengukur nilai SPF secara akurat. Tanpa pengujian ilmiah, sulit menjamin bahwa produk tersebut benar-benar melindungi kulit dari sinar UV. Bahkan, sebagian besar bahan alami memiliki tingkat SPF yang sangat rendah dan tidak cukup memberikan perlindungan yang dibutuhkan.
Inovasi Masa Depan: Sunscreen dari Tumbuhan dan Jamur
Ilmuwan kini sedang mengembangkan sunscreen berbasis bahan alami yang diekstrak dari tumbuhan, jamur, dan organisme lain di alam. Senyawa-senyawa ini secara alami digunakan oleh tumbuhan untuk melindungi DNA mereka dari sinar matahari. Jika berhasil diisolasi dan diformulasikan dengan benar, bahan-bahan alami ini bisa menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan aman dalam jangka panjang.
Meski demikian, penggunaannya tetap membutuhkan persetujuan dari badan pengawas seperti FDA (Amerika Serikat) atau BPOM (Indonesia), untuk memastikan keamanannya bagi konsumen.
Lindungi Kulitmu Secara Bijak
Sunscreen bukan sekadar produk kecantikan, melainkan perlindungan penting dari risiko kesehatan serius seperti kanker kulit dan penuaan dini. Di tengah banyaknya informasi yang membingungkan, penting untuk berpegang pada bukti ilmiah dan saran dari ahli dermatologi.
Gunakan sunscreen setiap hari, terutama saat berada di luar ruangan, dan pilih produk yang sesuai dengan jenis kulit serta kebutuhan aktivitasmu. Dengan begitu, kamu tidak hanya melindungi diri dari efek jangka pendek seperti kulit terbakar, tetapi juga menjaga kesehatan kulit dalam jangka panjang.