Upaya Menghentikan Bullying di Sekolah Melalui Inisiasi Pendidikan Tanpa Kekerasan: Langkah Kolaboratif Menuju Masa Depan yang Lebih Baik

Kamis, 27 Februari 2025 | 10:36:47 WIB
Upaya Menghentikan Bullying di Sekolah Melalui Inisiasi Pendidikan Tanpa Kekerasan: Langkah Kolaboratif Menuju Masa Depan yang Lebih Baik

JAKARTA - Bullying atau perundungan merupakan salah satu masalah serius di dunia pendidikan yang memerlukan perhatian khusus guna menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif. Langkah-langkah pencegahan serta penanggulangan bullying kini menjadi fokus utama berbagai organisasi pendidikan dan lembaga terkait. Salah satunya adalah pelaksanaan Training of Trainer (ToT) program #AyoBalasBaik yang bertujuan mempromosikan pendidikan tanpa kekerasan sebagai solusi menghentikan kekerasan di lingkungan pendidikan.

"Kekerasan bisa dihentikan dengan kebaikan. Jika kita semua mengambil peran, pendidikan tanpa kekerasan bukan lagi sekadar impian. Gerakan ini hanya akan berhasil jika dilakukan bersama-sama," tutur Ana Susanti, MPd, CEP, CHt, pendiri Rumah Guru BK & Widyaiswara PPSDM Kemendikdasmen RI, dalam kegiatan yang berlangsung baru-baru ini di PPSDM Kemendikdasmen RI, Depok. Pernyataan ini menjadi dasar dari gerakan kolaboratif yang mengedepankan tindakan nyata untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih ramah dan mendukung.

Pelatihan ini diselenggarakan oleh kerjasama antara Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB), Rumah Guru Bimbingan dan Konseling (RGBK), dan Indonesia Student & Youth Forum (ISYF). Inisiatif ini bertujuan mencetak fasilitator yang akan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya budaya kebaikan dan toleransi guna mencegah bullying serta kekerasan di lingkungan pendidikan. "Pelatihan ini bertujuan mencetak fasilitator yang akan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya budaya kebaikan dan toleransi guna mencegah bullying serta kekerasan di lingkungan pendidikan," kata Ketua KGSB Ardyles Faesilio.

Ancaman bullying memang nyata, terlihat dari data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI-PPA) yang mencatat 1.993 kasus kekerasan terhadap anak dari Januari hingga Februari 2024. Sementara itu, data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) selama Januari hingga Agustus 2023 mencatat 2.355 kasus pelanggaran perlindungan anak dengan 861 kasus terjadi di lingkungan sekolah. "Fakta ini menunjukkan perlunya tindakan konkret untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan mendukung," ujar Ardyles Faesilio menambahkan.

Sebagai respons atas kondisi mengkhawatirkan tersebut, ToT #AyoBalasBaik diinisiasi untuk menghentikan kekerasan dalam pendidikan melalui aksi kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Program ini pertama kali dikenalkan kepada 136 peserta Forum Pelajar Indonesia (FOR) ke-12 yang diselenggarakan oleh ISYF pada tahun 2023, dan mendapatkan respons positif. Dengan meningkatnya angka kasus bullying, Ardyles bersama kolaborator lainnya berupaya menciptakan langkah-langkah preventif efektif serta memberikan pemahaman mendalam tentang pencegahan dan penanggulangan bullying.

"Melalui ToT ini, diharapkan akan lahir 20 fasilitator baru yang siap menjadi agen perubahan dalam mengkampanyekan budaya anti-kekerasan di dunia pendidikan. Dengan pendekatan yang kolaboratif dan partisipatif, #AyoBalasBaik diharapkan dapat menjadi gerakan nasional yang menginspirasi perubahan positif," jelas Ardyles.

Kegiatan ini berlangsung selama satu hari penuh dengan sejumlah sesi pelatihan yang interaktif. Para peserta diberikan wawasan dan keterampilan fasilitasi melalui pendekatan experiential learning. Materi pelatihan mencakup Point of You Stop Bullying, yang melibatkan brainstorming atas pengalaman peserta terkait bullying dan dampaknya. Sesi ini diharapkan dapat membangkitkan kesadaran akan bahayanya bullying serta pentingnya upaya pencegahan.

Disusul dengan Kajian Perspektif Pendidikan Tanpa Kekerasan, sebagai diskusi mendalam tentang konsep pendidikan tanpa kekerasan, mengenali tanda-tanda bullying, serta cara mengatasinya. Ini penting agar para fasilitator nantinya dapat mendeteksi gejala-gejala bullying sejak dini dan mengambil tindakan proaktif.

Selanjutnya, Coaching Agen #AyoBalasBaik yang merupakan pelatihan fasilitasi gerakan #AyoBalasBaik termasuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di lingkungan pendidikan masing-masing. Melalui sesi ini, calon fasilitator dibekali rencana strategis dalam melaksanakan perubahan di lapangan.

Kemudian, peserta menjalani Simulasi dan Praktik berupa latihan langsung sebagai fasilitator dengan evaluasi dari trainer yang berpengalaman. Ini adalah langkah penting agar peserta siap menerapkan apa yang sudah dipelajari secara nyata di lingkungan mereka masing-masing.

Terakhir, Canvas Action Plan Stop Bullying, yakni penyusunan rencana aksi nyata untuk diterapkan sesuai konteks masing-masing lembaga atau komunitas pendidikan. Dengan semua pengetahuan dan keterampilan yang didapat selama pelatihan, peserta diberikan keleluasaan dalam merancang program yang paling sesuai dengan kebutuhan lokal masing-masing.

Melalui gerakan ini, diharapkan dapat menginspirasi banyak pihak agar turut serta dalam upaya bersama menuju pendidikan yang lebih baik dan bebas dari kekerasan. "Gerakan sosial ini bertujuan mewujudkan komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang menghargai nilai-nilai kebaikan, saling menghormati, dan tanpa kekerasan," ungkap Ana menegaskan semangat program #AyoBalasBaik. Dengan kerjasama berbagai pihak, misi untuk mengurangi dan mencegah bullying dapat tercapai dan masa depan generasi muda diharapkan lebih cerah dan beradab.

Terkini