Kemenkes Soroti Peningkatan Penyakit Jantung dan Hipertensi Akibat Pola Makan Buruk

Sabtu, 01 Maret 2025 | 14:55:51 WIB
Kemenkes Soroti Peningkatan Penyakit Jantung dan Hipertensi Akibat Pola Makan Buruk

JAKARTA - Pola makan masyarakat Indonesia yang tidak sehat kini menjadi perhatian utama dalam peningkatan kasus penyakit tidak menular. Menurut Dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, laju peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan kanker, menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. "Kalau kita lihat dari peta penyakit dari tahun 2019 sampai sekarang, itu penyakit tidak menular baik hipertensi, diabetes, jantung, kanker, itu trennya terus meningkat. Karena pola makan tadi," ujar Dr. Siti Nadia.

Data terkini dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mengungkapkan bahwa 47 persen penduduk Indonesia mengonsumsi gula melebihi batas yang disarankan setiap harinya. Tidak hanya itu, 45 persen masyarakat diketahui mengonsumsi garam dalam kadar yang berlebih, dan sebanyak 30 persen masyarakat lainnya memiliki asupan lemak tinggi. Konsumsi gula yang tidak terkontrol erat kaitannya dengan meningkatnya kasus diabetes melitus, atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula. Sementara itu, garam yang dikonsumsi melebihi batas dapat berisiko memicu hipertensi, sedangkan kadar lemak berlebih dalam tubuh dapat meningkatkan kolesterol dalam darah, yang pada gilirannya dapat memicu penyakit jantung dan stroke, jelas Dr. Siti Nadia.

Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah tengah menggarap regulasi baru yang mewajibkan pemberian label pada pangan olahan, serta pangan siap saji. Dengan regulasi ini, produk makanan dan minuman siap saji nantinya akan dilengkapi informasi mengenai kandungan gula, garam, lemak, serta jumlah kalorinya. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memahami dan membaca label pada kemasan makanan, yang akan membantu mengontrol konsumsi gula, garam, dan lemak. Dr. Nadia menegaskan bahwa "kesadaran akan pentingnya membaca label pada kemasan makanan menjadi salah satu cara untuk mengontrol konsumsi GGL. Label makanan seharusnya dapat membantu masyarakat memahami kandungan nutrisi dalam produk yang mereka konsumsi."

Tingginya penderita penyakit tidak menular di Indonesia tidak hanya membebani sistem kesehatan nasional, tetapi juga meningkatkan angka kematian dan menurunkan produktivitas masyarakat. Langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain adalah edukasi masif kepada masyarakat mengenai bahaya konsumsi gula, garam, dan lemak secara berlebihan. Sosialisasi tentang pola makan sehat serta promosi untuk menerapkan gaya hidup aktif juga penting untuk dilakukan. Kesadaran individu akan pentingnya menjaga pola makan yang sehat perlu terus ditingkatkan agar masyarakat dapat terhindar dari risiko penyakit kronis. Intervensi dari berbagai pihak terkait, termasuk sektor industri pangan, menjadi sangat penting dalam memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan pilihan pangan yang lebih sehat.

Dalam upayanya mencegah peningkatan PTM, Kemenkes pun berusaha memperkuat program 'Pola Hidup Bersih dan Sehat' (PHBS) di masyarakat. Program ini mencakup berbagai aspek mulai dari menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta mendorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat dan seimbang. Di sisi lain, edukasi yang intensif terkait pentingnya aktivitas fisik dan rutin memeriksakan kesehatan juga perlu ditingkatkan. Penerapan regulasi terkait label pangan ini diharapkan dapat mengarahkan industri pangan untuk lebih transparan dalam menyajikan informasi tentang produk yang mereka jual, sehingga masyarakat dapat membuat pilihan yang bijak berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki.

Penting untuk mencatat bahwa lonjakan penyakit kronis ini tidak hanya terjadi di kota besar tapi juga sudah merambah ke daerah-daerah pedesaan. Penyebaran informasi dan edukasi dapat dilakukan secara merata melalui berbagai media, baik itu melalui platform digital, media cetak, atau pun mengintegrasikannya ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah. Penanganan yang efektif memerlukan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat demi menciptakan lingkungan yang mendukung untuk hidup lebih sehat dan mencegah peningkatan penyakit tidak menular di masa depan. Satu langkah kecil seperti membiasakan diri membaca label nutrisi pada kemasan makanan bisa jadi pondasi awal menuju Indonesia yang lebih sehat.

Terkini