
JAKARTA - Stabilnya harga minyak dunia baru-baru ini menjadi sorotan pelaku pasar global. Setelah mengalami kenaikan terbesar dalam sepekan terakhir, harga minyak mentah tetap bertahan di kisaran tinggi, dipicu oleh sentimen positif dari perundingan dagang antara Amerika Serikat dan sejumlah negara mitra, serta adanya sinyal pengetatan pasokan solar yang mendorong kekhawatiran terhadap ketersediaan bahan bakar.
West Texas Intermediate (WTI) sempat menembus level di atas US$66 per barel, didorong oleh kenaikan sebesar 1,2% yang terjadi sehari sebelumnya. Sementara itu, minyak mentah Brent juga menunjukkan performa positif dengan penutupan di sekitar US$69 per barel, mencerminkan sentimen optimistis pasar terhadap perkembangan geopolitik dan perdagangan internasional.
Optimisme Perdagangan Buka Peluang Kestabilan Harga
Baca Juga
Isyarat optimisme datang dari sejumlah negara besar, salah satunya India. Menteri Perdagangan India, Piyush Goyal, menyatakan keyakinannya bahwa India akan mampu mencapai kesepakatan dagang yang menguntungkan dengan Amerika Serikat. Pernyataan ini membawa angin segar bagi pasar energi, mengingat India merupakan salah satu konsumen minyak terbesar di dunia, dan ketidakpastian hubungan dagang dengan AS sebelumnya sempat menekan harga minyak.
Di sisi lain, Brasil dan Meksiko juga turut mengambil langkah diplomasi ekonomi dengan memperluas hubungan dagang internasional. Langkah-langkah ini semakin memperkuat pandangan bahwa sektor perdagangan global sedang berada pada fase pemulihan yang berkelanjutan. Seiring dengan itu, prospek permintaan energi, termasuk minyak mentah, diproyeksikan akan tetap tinggi, menopang kestabilan harga dalam jangka pendek.
Kondisi Pasar dan Respons dari Negara-Negara Produsen
Meskipun harga minyak bulan ini masih tergolong stabil, secara keseluruhan sepanjang tahun 2025, pasar mencatat tren penurunan harga. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan produksi dari kelompok negara eksportir minyak, OPEC+, yang secara konsisten menambah pasokan ke pasar global. Kenaikan suplai ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi kelebihan pasokan yang bisa menekan harga minyak lebih jauh apabila permintaan global tidak mampu mengimbanginya.
Namun, kondisi pasar tidak sepenuhnya seragam. Jenis minyak mentah berat menunjukkan pergerakan yang berbeda. Minyak jenis ini justru menunjukkan kecenderungan menguat, sebagian besar dipicu oleh kebijakan Uni Eropa yang membatasi impor minyak dari Rusia. Langkah tersebut menekan ketersediaan solar di pasar Eropa, yang akhirnya mendongkrak harga bahan bakar tersebut secara global.
Langkah-langkah geopolitik seperti embargo minyak dari Rusia menunjukkan bagaimana regulasi dan kebijakan internasional bisa berpengaruh besar terhadap struktur harga minyak dunia. Ini juga menandakan bahwa faktor politik luar negeri dan perdagangan memiliki peran penting dalam menentukan arah pasar komoditas energi.
Respons Pasar terhadap Perubahan Harga
Pasar minyak global menanggapi berbagai dinamika ini dengan volatilitas yang masih dalam kendali. Harga WTI untuk pengiriman September mengalami kenaikan sebesar 0,2% menjadi US$66,18 per barel pada perdagangan pagi di Singapura. Di sisi lain, Brent untuk pengiriman periode yang sama ditutup dengan kenaikan 1% ke level US$69,18 per barel.
Pergerakan harga ini mencerminkan stabilitas yang ditopang oleh kekuatan fundamental pasar serta sentimen jangka pendek yang mengarah pada optimisme. Kabar perundingan dagang yang membaik memberikan dorongan psikologis bagi investor, sementara ketatnya pasokan solar turut memperkuat ekspektasi bahwa harga tidak akan melemah dalam waktu dekat.
Isu Pasokan dan Tantangan Pasar ke Depan
Meskipun sentimen pasar saat ini cukup positif, tantangan ke depan masih membayangi. Kelebihan pasokan dari produsen utama seperti OPEC+ tetap menjadi perhatian utama. Jika tidak diimbangi dengan pertumbuhan konsumsi global yang sepadan, kelebihan suplai ini bisa menekan harga dan memicu ketidakseimbangan baru dalam pasar energi dunia.
Selain itu, ketergantungan pada situasi geopolitik dan perundingan dagang juga membuat pasar minyak sangat sensitif terhadap perkembangan eksternal. Setiap perubahan kebijakan atau kegagalan kesepakatan bisa dengan cepat mengubah arah pergerakan harga.
Tantangan lainnya datang dari ketidakpastian permintaan minyak di masa transisi energi. Negara-negara besar mulai beralih ke energi terbarukan, yang dalam jangka panjang bisa menurunkan permintaan minyak mentah secara signifikan. Namun dalam jangka pendek, kebutuhan terhadap bahan bakar fosil seperti solar masih tinggi, terutama di sektor industri dan transportasi.

Zahra Kurniawati
variaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Premier League : Strategi Lemparan ke Dalam Brentford Bikin Chelsea Kehilangan Poin
- Minggu, 14 September 2025
Arsenal Dominan Atasi Nottingham Forest, Puncaki Klasemen Premier League
- Minggu, 14 September 2025
Terpopuler
1.
OPPO Pad 5 Tawarkan Layar 3K dan Dimensity 9400+
- 14 September 2025
2.
Xiaomi 15T Pro Hadir dengan Kamera Periscope 5x
- 14 September 2025
3.
Harga HP Xiaomi September 2025 Terbaru, Redmi 15R Rilis
- 14 September 2025
4.
Nokia Luncurkan Mission-Safe Phone, Smartphone Taktis Militer
- 14 September 2025
5.
Review Nokia 7.1 Bekas RAM 4GB: Desain Premium, Harga Masih Realistis
- 14 September 2025