
JAKARTA - Sound horeg, yang kini populer di kalangan masyarakat, terutama anak muda, menawarkan sensasi audio yang mengguncang. Namun, di balik hiburan tersebut, terdapat potensi bahaya yang dapat merusak pendengaran secara permanen. Menurut dr. Rizka Fakhriani, dosen dan Dokter Spesialis THT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), suara dengan intensitas tinggi pada sound horeg bisa merusak telinga bagian dalam, terutama sel-sel rambut di koklea. Kerusakan pada sel-sel ini bersifat permanen dan tidak bisa diperbaiki.
Dampak Negatif pada Kualitas Hidup
Kerusakan pendengaran akibat suara keras dari sound horeg dapat mengganggu berbagai aspek kehidupan. Pendengaran yang sehat berperan penting dalam komunikasi, pendidikan, dan produktivitas kerja. Dr. Rizka menekankan bahwa kerusakan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan bisa memengaruhi kualitas hidup seseorang dalam jangka panjang. Terutama pada anak-anak dan remaja yang belum sepenuhnya memahami bahaya dari kebisingan tersebut.
Risiko bagi Anak Muda dan Kelompok Rentan
Anak muda menjadi kelompok yang paling rentan terhadap kerusakan pendengaran akibat sound horeg. Mereka yang sering menghadiri acara keramaian seperti konser atau festival musik dengan suara keras sangat rentan terhadap gangguan pendengaran. Dr. Rizka mengingatkan bahwa meskipun setiap orang yang terpapar suara keras berisiko, kelompok yang paling terpengaruh adalah mereka yang sering berada di dekat sumber kebisingan tanpa melindungi telinga mereka.
Baca Juga
Gejala Awal Gangguan Pendengaran
Paparan terhadap suara keras juga dapat memicu gejala awal gangguan pendengaran yang sering kali diabaikan. Gejala seperti telinga berdenging (tinnitus), telinga terasa penuh, penurunan kemampuan mendengar suara halus, serta peningkatan sensitivitas terhadap suara keras, adalah tanda-tanda yang perlu diwaspadai. Jika tidak ditangani, gejala ini bisa berkembang menjadi gangguan pendengaran yang lebih serius dan permanen.
Langkah Preventif untuk Menjaga Kesehatan Pendengaran
Untuk mencegah kerusakan pendengaran akibat suara keras, dr. Rizka menyarankan agar masyarakat menggunakan alat pelindung telinga seperti earplug atau earmuff saat terpapar kebisingan, serta membatasi durasi paparan suara keras. Mengatur jarak aman dari sumber suara juga penting. Menurut dr. Rizka, untuk suara dengan intensitas 85 desibel, aman untuk terpapar selama 8 jam, sementara suara dengan intensitas 100 desibel hanya aman selama 15 menit. Dengan menjaga jarak dan durasi paparan suara, kita bisa menikmati hiburan tanpa merusak kualitas pendengaran.

Zahra Kurniawati
variaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Premier League : Strategi Lemparan ke Dalam Brentford Bikin Chelsea Kehilangan Poin
- Minggu, 14 September 2025
Arsenal Dominan Atasi Nottingham Forest, Puncaki Klasemen Premier League
- Minggu, 14 September 2025
Terpopuler
1.
OPPO Pad 5 Tawarkan Layar 3K dan Dimensity 9400+
- 14 September 2025
2.
Xiaomi 15T Pro Hadir dengan Kamera Periscope 5x
- 14 September 2025
3.
Harga HP Xiaomi September 2025 Terbaru, Redmi 15R Rilis
- 14 September 2025
4.
Nokia Luncurkan Mission-Safe Phone, Smartphone Taktis Militer
- 14 September 2025
5.
Review Nokia 7.1 Bekas RAM 4GB: Desain Premium, Harga Masih Realistis
- 14 September 2025