
JAKARTA - Harga gabah di Kabupaten Indramayu kembali menunjukkan tren kenaikan, memberikan harapan bagi para petani di tengah kondisi pertanian yang penuh tantangan. Meski harga gabah kering panen (GKP) saat ini mencapai Rp8 ribu per kilogram dan gabah kering giling (GKG) Rp8.500 per kilogram, petani ternyata belum merasakan keuntungan yang signifikan. Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan kendala kekeringan yang terjadi akibat mundurnya musim tanam menjadi faktor utama yang membatasi hasil panen optimal.
Harga Gabah Meningkat, Namun Produktivitas Tertekan oleh OPT
Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, mengungkapkan bahwa kenaikan harga gabah masih belum mampu menutupi kerugian akibat gangguan hama. "Harga gabah naik terus. Mungkin karena panen belum serentak atau belum panen raya," ujar Sutatang pada Rabu (6/8).
Baca Juga
Meski harga naik, produktivitas panen menurun signifikan. Serangan OPT tikus menjadi momok yang menggerus hasil panen para petani. Jika sebelumnya hasil panen bisa mencapai 7 ton gabah kering panen per hektare, kini hanya tersisa antara 6 hingga 6,5 ton per hektare. Hal ini berimbas langsung pada keuntungan yang didapat petani, yang meski ada peningkatan harga, tetap tidak sebesar yang diharapkan.
Kondisi ini diperparah oleh mundurnya musim panen akibat penundaan musim tanam. Wilayah yang sudah mulai panen seperti Kecamatan Gantar dan Haurgeulis meliputi sekitar 7 ribu hektare dengan harga gabah Rp7 ribu hingga Rp7.500 per kilogram. Namun, saat ini yang panen baru sebagian wilayah seperti Kecamatan Kroya dan Pasekan.
Kekeringan dan Biaya Produksi yang Membengkak Jadi Beban Petani
Selain gangguan hama, petani di Indramayu juga menghadapi risiko kekeringan yang berimbas pada proses tanam dan panen. Penundaan musim panen gadu (kemarau) hingga Oktober atau November ini juga dipengaruhi oleh masalah teknis seperti perbaikan saluran irigasi yang belum selesai, sehingga aliran air ke sawah tersendat.
“Biasanya di musim gadu ini petani akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan tanaman padi termasuk penggunaan pompa air,” jelas Sutatang. Upaya penyelamatan tanaman dengan tambahan pompa air ini tentu menambah beban biaya produksi yang harus ditanggung petani, sehingga meski harga gabah cukup tinggi, keuntungan yang diperoleh petani tidak maksimal.
Kondisi ini menggambarkan bagaimana tantangan di lapangan mampu mengimbangi bahkan menekan manfaat dari kenaikan harga komoditas. Petani harus bersiap dengan berbagai kendala yang tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga teknis dan ekologis.

Nathasya Zallianty
variaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Premier League : Strategi Lemparan ke Dalam Brentford Bikin Chelsea Kehilangan Poin
- Minggu, 14 September 2025
Arsenal Dominan Atasi Nottingham Forest, Puncaki Klasemen Premier League
- Minggu, 14 September 2025
Terpopuler
1.
OPPO Pad 5 Tawarkan Layar 3K dan Dimensity 9400+
- 14 September 2025
2.
Xiaomi 15T Pro Hadir dengan Kamera Periscope 5x
- 14 September 2025
3.
Harga HP Xiaomi September 2025 Terbaru, Redmi 15R Rilis
- 14 September 2025
4.
Nokia Luncurkan Mission-Safe Phone, Smartphone Taktis Militer
- 14 September 2025
5.
Review Nokia 7.1 Bekas RAM 4GB: Desain Premium, Harga Masih Realistis
- 14 September 2025