Rabu, 08 Oktober 2025

Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi China 2025 Tumbuh

Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi China 2025 Tumbuh
Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi China 2025 Tumbuh

JAKARTA - Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk tahun 2025 menjadi 4,8 persen. Lembaga ini juga meningkatkan perkiraan pertumbuhan bagi sebagian besar negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik.

Namun, Bank Dunia memperingatkan adanya perlambatan pada 2026. Faktor rendahnya kepercayaan konsumen dan pelaku usaha serta lemahnya pesanan ekspor baru menjadi penyebab utama.

Proyeksi Pertumbuhan China dan Kawasan Asia

Baca Juga

Harga Emas Naik, Antam, UBS, dan Galeri24 Catat Kenaikan Serentak

Dalam laporan ekonomi dua tahunan untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik yang dirilis Selasa, 7 Oktober 2025, Bank Dunia memperkirakan ekonomi China tumbuh 4,2 persen pada 2026. Sebelumnya, pada April 2025, proyeksi pertumbuhan China diperkirakan 4,0 persen untuk 2025 dan 2026.

“Pertumbuhan di China, ekonomi terbesar di kawasan ini, diperkirakan akan menurun. Hal ini disebabkan perlambatan pertumbuhan ekspor, pengurangan stimulus fiskal seiring meningkatnya utang publik, dan perlambatan struktural yang berkelanjutan,” tulis laporan tersebut.

Bank Dunia memproyeksikan kawasan Asia Timur dan Pasifik lainnya akan tumbuh 4,4 persen pada 2025. Angka ini naik 0,2 poin persentase dari proyeksi sebelumnya, sementara pertumbuhan untuk 2026 dipertahankan di level 4,5 persen.

Momentum pertumbuhan yang lemah disebabkan oleh meningkatnya hambatan perdagangan dan tingginya ketidakpastian kebijakan ekonomi global. Perlambatan ekonomi dunia juga menjadi faktor yang menekan pertumbuhan di kawasan ini.

Ketidakpastian politik dan kebijakan di beberapa negara, termasuk Indonesia dan Thailand, menambah tekanan terhadap pertumbuhan regional. Perusahaan-perusahaan mengambil sikap “wait and see,” menunda atau mengurangi belanja modal mereka.

Tantangan dan Strategi Stimulus

Tekanan pertumbuhan global pada 2025 juga disebabkan oleh perubahan besar dalam kebijakan ekonomi Amerika Serikat. Asia, sebagai kawasan yang memiliki banyak ekonomi berbasis ekspor, terkena dampak dari kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang tidak terduga.

Data bulan September menunjukkan output pabrik dan penjualan ritel China tumbuh paling lemah dalam hampir satu tahun. Hal ini menandakan bahwa ekonomi China masih berjuang untuk pulih sepenuhnya dari perlambatan sebelumnya.

Analis memperkirakan Beijing akan meluncurkan stimulus tambahan. Langkah ini ditujukan untuk mencegah perlambatan tajam dan menjaga target pertumbuhan tahunan pemerintah di kisaran sekitar 5 persen.

Bank Dunia menekankan pentingnya fokus pada prospek jangka panjang. Stimulus fiskal jangka pendek mungkin memberikan manfaat terbatas jika dibandingkan dengan reformasi domestik yang lebih mendalam dan berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi China yang melambat diperkirakan akan berdampak pada negara-negara tetangga. Negara-negara dengan ketergantungan tinggi pada ekspor ke China harus bersiap menghadapi tantangan baru.

Laporan Bank Dunia menunjukkan bahwa prospek pertumbuhan jangka menengah tetap positif. Namun, risiko jangka pendek tetap tinggi karena ketidakpastian politik dan perdagangan internasional.

Perusahaan-perusahaan di kawasan Asia Timur dan Pasifik cenderung menunda investasi besar. Kebijakan ini diambil untuk mengantisipasi risiko ekonomi yang tidak menentu dan permintaan ekspor yang lemah.

Bank Dunia menyoroti pentingnya reformasi struktural. Reformasi ini dianggap lebih berkelanjutan dibandingkan stimulus fiskal sementara yang hanya menambah belanja pemerintah.

Di sisi lain, pemerintah China kemungkinan akan tetap mengedepankan dukungan fiskal dan moneter. Langkah ini bertujuan menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

Lembaga internasional ini juga menekankan bahwa negara-negara di kawasan harus memperkuat daya saing domestik. Fokus pada produktivitas, inovasi, dan stabilitas fiskal menjadi kunci untuk mengatasi perlambatan global.

Meski Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan, kehati-hatian tetap diperlukan. Tingkat kepercayaan konsumen dan bisnis yang rendah dapat membatasi ekspansi ekonomi di tahun-tahun mendatang.

Kawasan Asia Timur dan Pasifik tetap menjadi motor pertumbuhan global. Namun, tantangan global, termasuk ketegangan perdagangan dan geopolitik, tetap membayangi prospek pertumbuhan.

Peningkatan proyeksi pertumbuhan China menjadi 4,8 persen pada 2025 mencerminkan optimisme moderat. Meski demikian, perlambatan struktural dan tekanan eksternal tetap harus diperhitungkan.

Bank Dunia mengingatkan bahwa pertumbuhan jangka pendek yang lemah tidak boleh mengabaikan prospek jangka panjang. Investasi dalam reformasi struktural menjadi strategi utama untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

Negara-negara di kawasan diimbau untuk tetap waspada terhadap risiko global. Stimulus fiskal dan kebijakan moneter harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi yang berubah cepat.

Perusahaan-perusahaan harus mempersiapkan strategi adaptif. Mengelola risiko dan menunda investasi besar menjadi langkah bijak menghadapi ketidakpastian global.

Pertumbuhan China yang melambat kemungkinan akan berdampak pada perdagangan regional. Negara-negara yang bergantung pada ekspor ke China harus mengantisipasi permintaan yang lebih rendah.

Bank Dunia menekankan perlunya kolaborasi regional. Kerja sama antarnegara di kawasan Asia Timur dan Pasifik menjadi kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung pertumbuhan jangka menengah.

Reformasi struktural, penguatan daya saing domestik, dan fokus pada inovasi menjadi strategi utama. Pendekatan ini dinilai lebih berkelanjutan dibandingkan stimulus fiskal jangka pendek.

Kawasan Asia Timur dan Pasifik menghadapi tantangan dan peluang yang seimbang. Proyeksi pertumbuhan yang meningkat tetap diiringi risiko global yang harus dikelola secara hati-hati.

Lonjakan proyeksi pertumbuhan China oleh Bank Dunia menjadi sinyal penting bagi investor dan pembuat kebijakan. Keputusan strategis kini harus mempertimbangkan kondisi makro global dan risiko geopolitik yang terus berkembang.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

variaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga Emas Naik, Antam, UBS, dan Galeri24 Catat Kenaikan Serentak

Harga Emas Naik, Antam, UBS, dan Galeri24 Catat Kenaikan Serentak

Harga Emas Dunia Tembus USD 4.000, Investor Serbu Logam Mulia

Harga Emas Dunia Tembus USD 4.000, Investor Serbu Logam Mulia

Goldman Sachs Prediksi Harga Emas Global Capai USD 4.900 Tahun Depan

Goldman Sachs Prediksi Harga Emas Global Capai USD 4.900 Tahun Depan

Saham Bank Swasta Tembus Pertumbuhan Signifikan, Menarik Perhatian Investor

Saham Bank Swasta Tembus Pertumbuhan Signifikan, Menarik Perhatian Investor

Lonjakan Harga TINS Dipicu Penyerahan Enam Smelter dan Produksi Meningkat

Lonjakan Harga TINS Dipicu Penyerahan Enam Smelter dan Produksi Meningkat